Persis seperti saya, saya punya rumah dan dijadikan taman bacaan. Maka itulah yang saya syukuri dan saya jalankan sepenuh hati, Terserah apa kata orang lain. Karena jadi pegiat literasi dan berkiprah di taman bacana pun bagian dari anugerah Allah SWT. Itulah yang saya punya dan saya tidak mencari yang saya tidak punya. Tapi sayang, banyak orang tua atau orang lain masih tidak peduli kepada taman bacaan. Apa susahnya menyuruh anak-anak untuk membaca. Toh tidak bayar, tidak perlu beli buku atau tidak perlu mendirikan taman bacaan. Jadi syukuri saja yag ada dan bantulah apa yang bisa dilakukan agar anak-anak gemar membaca. Bukankah kita tidak perlu mendirikan sekolah untuk bisa mengajarkan anak-anak agar belajar?
Si kawan yang kaya pun terhenyak mendengar kisah itu. Dia merasa sadar akan kesalahannya selama ini. Kenapa jadi gelisah dan tidak nyenyak tidur? Â
Â
Karena jawabnya, "Selama ini aku kurang bersyukur dalam hidup. Hanya mencari yang belum aku miliki lalu lupa syukur dan berbagi atas segala anugerha yang sudah aku miliki".Â
Jadi, itulah jawaban atas kegelisahan yang selama ini dirasakan si kawan yang kaya. Â Sebagai pelajaran yang berharga. Bahwa "Nikmat dan kebaikan Allah SWT telah dicurahkan begitu banyak kepada setiap orang. Dan porsinya sangat pantas untuk siapapun. Tapi sayang, banyak orang masih saja sibuk mencari, mencari, dan mencari yang belum dimiliki. Atau belum tentu ada untuknya.
Kita sering lupa. Gelisah tidak akan pernah datang kepada mereka yang kurang bersyukur. Bahagia itu omong kosong tanpa syukur dan berbagi kepada orang lain. Hargailah apa yang sudah dimiliki saat ini. Syukuri sekecil apapun nikmat yang telah Allah SWT, apapun alasannya. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI