Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Untuk Kamu, Kaum Pemaksa Isi Kepala Lupa Mendidik Akhlak

23 Januari 2022   19:43 Diperbarui: 23 Januari 2022   19:49 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kritik keras ini patut dilayangkan kepada kaum pemaksa isi kepala. Sok merasa paling benar, sementara orang lain dianggap salah. Lalu bergosip, bocah, bahkan menghakimi orang lain tanpa alasan yang benar. Terlalu subjektif karena merasa benar sendiri. Orang  lain dipaksa untuk bertindak seperti yang dia pikirkan. Makin aneh saja orang pinta zaman sekarang.
 
Persis seperti orang yanb punya uang sedikit, tapi memaksa beli barang yang mahal. Pengen punya uang tapi cara-caranya haram. Agamanya cukupan tapi akhlaknya bobrok. Pengen kerja di kantor yang bagus, tapi suasananya tidak nyaman. Semua dilakukan karena terpaksa.

Seperti di taman bacaan. Banyak orang tahu taman baca perbuatan baik. Tapi hanya sedikit yang mau peduli dan berani membantu. Taman bacaan tidak dilihat sebagai ladang amal. Tapi dilihat dari kaca mata subjektif. Hingga iri, benci dan apatis pun jadi terpatri dalam pikiran. Logikanya bagus tapi hatinya hangus.

Manusia sering lupa. Allah Yang Maha Tahu saja tidak pernah memaksakan kehendak-Nya atas hidup umatnya. Manusia bebas memiliki jalan hidupnya. Allah hanya memberikan rambu-rambu. Mana yang baik dan buruk? Mana yang halal dan haram. Bahkan mana yang bermanfaat dan tidak bermanfaat. Terserah Anda, mau pilih yang mana?

Ada pepatah Arab yang bilang, "likulli maqoolin maqoomun wa likulli maqoomin maqoolun". Artinya "setiap perkataan itu ada tempatnya dan tiap tempat ada perkataannya". Jadi tidak usah memaksa, sesuaikan saja perkataan dengan tempat berada. Ajaran rumah tidak perlu di bawa ke kantor. Ajaran kantor pun tidak usah dibawa ke rumah. Apalagi ajaran media sosial yang sangat maya. Kenapa harus dipaksa ke orang lain.

Maka, jangan memaksa untuk hal yang tiada guna. Anda tidak memberi makan orang lain, maka tidak perlu memaksa orang lain. Dan akhirnya, sungguh tidak perlu memaksakan hati. Biarkan kebenaran menelusup lalu mencairkan segala yang membeku.

Jangan memaksa isi kepala. Bila gagal mendidik akhlak diri sendiri. Karena akhlak adalah ibu dari segala pikiran sikap, dan perbuatan. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka @NusaPendia, 23 Jan 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun