Â
Seperti di media sosial. Biar tekor asal kesohor. Orang-orang yang berjuang keras untuk meraih popularitas. Biar dianggap punya gaya hidup, semuanya dipertruhkan. Agar disebut orang keren dan mentereng. Tapi sayang, hanya di media sosial. Sebatas kamuflase saja. Senang pada sensasi, lupa pada prestasi dan substansi.Â
Slilit di taman bacaan. Kian aneh saja bila tidak membaca buku. Saat ada kupu-kupu di rumah, dibilang akan ada tamu yang datang. Bila ada bunyi burung hantu, katanya akan ada orang yang meninggal dunia. Semuanya seperti slilit. Agama punya, iman ada tapi hidupnya mengandalkan logika. Terlalu percaya pada otak bukan hati.
Maka taman bacaan di mana pun, pegiat literasi siapa pun. Berjuanglah agar tidak ada slilit. Praktik yang bertolak belakang dengan cita-cita. Perilaku yang tidak sepadan dengan tujuan. Intinya, niat dan aksi nyata harus sama. Bila taman bacaan perbuatan baik, maka kerjakanlah. Bila pegiat literasi misi sosial yang mulia, maka lakukanlah sepenuh hati. Apapun keadaanya, tetaplah ikhtiar baik.Â
Â
Slilit hanya menegaskan. Tidak ada orang baik yang tidak punya masa lalu. Tidak ada orang jahat yang tidak punya masa depan. Maka hindari pujian atau cacian, tetaplah kerjakan perbuatan baik di mana pun, termasuk di taman bacaan. Jangan terbuai dengan masa lalu dan keadaan. Karena hari ini hanya dibutuhkan kesadaran dan kebijaksanaan. Untuk berbuat dan menebar manfaat kepada orang lain.Â
Â
Slilit di taman bacaan. Bahwa "ADA HAL KECIL DI DUNIA TAPI BESAR DI AKHIRAT". Jangan di balik, mengejar yang besar di dunia tapi kecil di akhirat. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H