Jangan membenci buku. Apalagi bila kamu tidak suka membaca. Jangan pula membenci orang yang membaca buku. Bahkan dilarang membenci rak-rak buku di taman bacaan. Karena di situ, buku-buku bersanding dan berharmoni. Sekalipun berbeda judul-judulnya Hentikan kebencian pada buku. Hilangkan perasaan benci dalam diri kamu sendiri. Karena itu bukti, kamu tidak literat dan tidak realistis.Â
Buku-buku di dekat kamu. Sama sekali tidak punya salah. Dibaca boleh, tidak dibaca pun tidak masalah. Buku-buku hanya ingin mengingatkan. Bahwa membaca itu penting. Karena sains dan teknologi terus berkembang. Karena banyak orang ingin pintar dan menguasai dunia. Bahkan untuk mengetahui apa saja yang ada di penjuru dunia. Semuanya butuh buku-buku. Tanpa buku, siapapun merana. Lalu, kenapa membenci buku?
Dari waktu ke waktu. Siapa pun ingin sukses. Kamu ingin kaya dan pintar. Bahkan kamu ingin bisa ini bisa itu. Pasti ada di buku. Bahkan cara untuk menuju surga Allah SWT pun butuh buku, butuh bacaan. Sehat wal afiat pun memerlukan buku. Agar benar jalannya, agar akurat prosesnya. Karena buku adalah sumber ilmu terbaik bagi siapa pun yang membacanya.
Jangan membenci buku. Karena kebencian tidak akan pernah meninggalkan kebaikan sedikit pun. Kebencian yang kamu tebarkan pun tidak pernah menyehatkan. Membenci buku saja dilarang. Apalagi membenci orang karena warna kulit, agama, atau suku. Sangat salah membenci apapun, apalagi karena pikiran dan penilaian subjektif kamu dan kawan-kawanmu. Bila orang lain salah pun, kamu belum tentu benar kan?
Â
Ketahuilah, membenci buku saja tidak diperkenankan. Apalagi membenci orang lain, yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa pula. Bahkan membenci diri kamu sendiri pun tindakan keliru. Maka, jangan membenci apapun. Mumpung tahun baru.
Kata banyak orang, buku itu jendela dunia. Buku juga hanya akibat. Sebabnya adalah kian banyak anak-anak terbuai gawai. Banyak orang terlalu gemar bicara. Lupa mengerjakan yang baik, lalai gunakan waktu untuk yang bermanfaat. Banyak celoteh tanpa berbuat. Hidup dalam mimpi tanpa aksi. Hingga jadi fitnah, jadi gibah. Sifat dan perilaku buruk makin bertebaran. Maka sekali lagi, jangan membenci buku. Literat itu memang berat!
Faktanya, buku itu banyak dirindu. Tapi di saat yang sama, buku pun banyak dihujat. Tidak banyak orang yang mau membacanya. Maka biarlah buku selalu ada. Tanpa peduli apa omongan orang? Mungkin sudah jadi kodrat buku. Jutaan manusia bisa jadi mencacinya, menghujatnya. Tapi buku tetap saja menginspirasi. Jadi "teman terbaik" di waktu yang pas. Apaagi saat ngopi dan cemilan di malam hari. Maka jangan membenci buku.
Sampai kapanpun, hingga zaman sehebat apapun. Buku-buku akan selalu ada. Karena buku tahu selalu ada orang yang mengingatkan kehadirannya. Entah, karena cinta atau benci. Atau karena bosan dengan kehidupan yang begitu-begitu saja. Karena buku, siapapun bisa melihat pelangi indah sesudahnya. Keindahan pikiran dan perilaku yang berharmoni. Lahir batin yang seimbag karena buku.
Maka, buku selalu memberikan ajaran.
Bahwa untuk apa membenci, apalagi menghakimi atau menghujat. Bukankah buku hadir untuk menebar kebaikan. Bukankah taman bacaan untuk memperbaiki peradaban manusia. Maka sama sekali tidak perlu ada benci atau amarah untuk buku. Karena buku adalah realitas. Untuk menjadikan pembacanya lebih baik ke depannya.
Di zaman begini, buku-buku menegaskan hukum "duduk sama rendah berdiri sama tinggi". Buku tidak kenal harta, tidak kenal pangkat dan jabatan. Buku pun tidak peduli orang sekolahan atau rumahan. Siapa pun di depan buku, akan terduduk sama rendah, berdiri pun sama tinggi. Kamu orang kaya tapi tidak membaca buku, maka tidak ada manfaat kekayaanmu. Kamu orang pintar tapi tidak membaca buku, maka otakmu bekerja tanpa hati. Bukankah "khoirunaass anfauhum linnaass", sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.
Maka jangan membenci buku. Karena buku tidak pernah membenci orang yang membacanya atau tidak membacanya. Â Persis seperti agama pun tidak pernah membenci sesama saudara yang beragama maupun agama lainnya. Karena agama itu dijadikan amal perbuatan. Bukan alat untuk menilai dan menghakimi orang lain. Surga agama itu ada di akhlak dan amal perbuatan, bukan dari omongan.Â
 Â
Buku itu cara untuk menempuh jalan hidup yang lebih baik. Buku yang mengajarkan siapapun untuk selalu berhati-hati dalam bertindak. Buku yang mengingatkan siapapun untuk bersikap lebih manfata. Di mana pun, kapan pun, dan atas sebab apapun.
Dan yang paling penting, buku adalah sarana manusia melatih diri untuk terus memperbaiki diri dan menerima realitas. Agar kian dekat pada Allah SWT. Karena buku adalah dakwah. Jadi jangan membenci buku. Tapi perbaiki diri kamu sendiri bukan bukunya. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H