Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Membaca Buku Ditemani Senja, Ada di Mana?

2 Desember 2021   20:39 Diperbarui: 2 Desember 2021   20:41 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila ada anak-anak yang membaca buku ditemani senja, mungkin salah satunya ada di Kaki Gunung Salak Bogor. Di Taman Bacaan Lentera Pustaka, tiap Rabu dan Jumat sore, sekitar 100-an anak-anak usia sekolah dari kelurga prasejahtera sudah terbiasa membaca buku. Sambil ditemani senja, berlalu-lalang di sekitar taman bacaan. Sebuah tradisi membaca, sekalipun di waktu senja, sudah merasuk di anak-anak dari tiga desa (Sukaluyu-Tamansari-Sukajaya) Kec. Tamansari Kab. Bogor.

Senja di taman baca. Senja yang dilalui namun selalu membawa anak-anak kembali ke dunianya. Bermain sambil membaca buku. Bercerita tentang isi bacaan. Senja yang menemani para ibu mengantar dan menunggui anak-anaknya di taman baca. Senja dan taman baca, seperti tidak lagi ada jarak antara buku dan anak-anak. Energi giat membaca kian menguat di senja hari. Semangat membaca yang tidak pernah pudar dan kian langka di era digital.

Setelah 4 tahun berdiri, kini Taman Bacaan Lentera Pustaka  di kaki Gunung Salak Bogor menjadi satu-satunya lokasi membaca anak-anak kecamatan Tamansari. Sekalipun di bawah terik matahari senja, antar 3-8 buku per minggu habis "dilahap" anak-anak kampung ini. Pemandangan indah Gunung Salak yang penuh misteri pun menjadi saksi di senja hari. 

Aktivitas giat membaca semakin menyenangkan, saat ada canda diantara anak-anak pembaca aktif. Tawa para ibu yang mengantar anaknya, bahkan pedagang keliling yang mangkal di depan taman bacaan. Maka wajar, Taman Bacaan Lentera Pustaka tiap minggu-nya selalu dikunjungi tamu. Untukberbakti sosial, menyumbang buku bacaan atau menengok aktivitas anak-anak yang membaca.

Syarifudin Yunus, Pendiri Taman Bacaan Lentera Pustaka menegaskan taman bacaan yang didirikannya punya tujuan besar untuk menekan angka putus sekolah. Akibat 81% tingkat Pendidikan masyarakatnya sebatas SD. Karena itu, melalui buku-buku bacaan diharapkan anak-anak termotivasi untuk tetap sekolah, sekalipun di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Di samping dapat menambah pengetahuan anak-anak. 

"Taman Bacaan Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor ini memang dikelola berbasis edukasi dan entertainment. Namanya TBM Edutainment. Agar taman bacaan bisa lebih asyik dan menyenangkan anak-anak. Selain ruang baca, di sini ada kebun baca, surau, dan spot-spot foto yang menarik bagi pengunjung. Konsepnya jadi wisata literasi, wisata yang mendekatkan diri dengan buku bacaan" ujar Syarifudin Yunus, Kamis (2/12/2021) sore.

Di zaman sekarang, harus diakui, panorama anak-anak yang membaca buku memang kian langka. Kian sulit ditemui di tempat umum. Akibat terbuai gaya hidup dan terjerembab dalam dekapan era digital. Sementara akses bacaan koan terbatas untuk anak-anak di kampung-kampung. Maka Taman Bacaan Lentera Pustaka masih terus berjuang demi tegaknya tradisi baca anak-anak.

Senja di taman baca. Semakin menjadikan Taman Bacaan Lentera Pustaka pun terus menggenjot praktik baik dan proses ber-literasi secara nyata. Senja yang membaca, senja yang mengibarkan halaman-halaman buku, di mana pun dan hingga kapan pun.

Sementara banyak orang melewati senja tanpa makna. Saling melihat tapi tidak saling terikat. Saling menatap namun tidak saling menetap. Senja yang hadir tanpa arti. Senja yang berlalu melepas siang. Lalu memasuki gelapnya malam. Senja orang-orang biasa.

 Tapi senja di taman bacaan. Jadi berbeda. Saat anak-anak tetap tekun membaca buku. Sekalipun di bawah sengatan matahari yang tersisa. Senja yang sudi berbagi cerita. Sebagai simbol tegaknya tradisi baca. Taman bacaan yang tetap menggeliat di senja hari. Hingga matahari terbenam memanggil maghrib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun