Ini tentang buku di taman bacaan. Buku boleh dibilang "prioritas utama" taman bacaan di mana pun. Selain anak-anak yang membaca dan komitmen pengelola tentunya. Karena buku, teman bacaan jadi aktivitas literasi. Buku pula yang menjadi daya tarik utama pembaca mendatangi taman bacaan. Buku itulah "darah" taman bacaan.
Kata orang pintar. Buku adalah sumber ilmu pengetahun. Buku pun sering disebut jendela dunia. Mungkin karena membaca buku, seseorang bisa mengetahui apa saja yang ada di penjuru dunia. Memang tidak bisa dibantha, siapa pun yang rajin membaca buku pasti akan berwawasan dan memiliki pikiran yang terbuka lagi luas. Bahkan buku bisa membuat pembacanya terhibur.
Tapi agak beda, buku di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Buku-buku justru diperbanyak sebagai "opsi pilihan" anak-anak. Agar tetap mau dan datang ke taman bacaan. Sehingga buku bisa jadi pemicu agar anak-anak "tertarik" untuk melanjutkan sekolah, minimal hingga SMA. Maklum, lingkungan sekitar TBM Lentera Pustaka tingkat angka putus sekolah-nya tergolong tinggi. Tingkat pendidikannya 81% sebatas SD. Konsekuensinya angka pernihakan dini pun masih tinggi. Dan akhirnya sulit memutus kemiskinan, atau tingkat ekonomi yang minus.Â
Maka buku-buku di TBM Lentera Pustaka hanya "mediasi" untuk keberlanjutan Pendidikan anak. Daripada main atau nongkrong, lebih baik membaca buku di taman bacaan. Ya, menyediakan akses bacaan untuk anak-anak. Karena sebelum ada taman bacaan, sama sekali anak-anak di Desa Sekaluyu sama sekali akses membaca apalagi tradisi baca.
Dan kini, TBM Lentera Pustaka memiliki lebih dari 6.000 buku. Saat berdiri 4 tahun lalu, hanya ada 14 anak yang membaca. Tapi kini ada 160 anak anak yang rajin membaca seminggu 3 kali 9Rabu-Jumat-Minggu) dan berasal dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya). Alhasil, rata-rata setiap anak mampu membaca 3-10 buku per minggu. Bahkan TBM Lentera Pustaka kini sudah jadi "rumah kedua" bagi anak-anak pembaca aktif. Selalu menunggu hari membaca tiba. Tidak hanya itu, TBM Lentera Pustaka pun melengkapi kegiatan literasi dengan program: 1) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar buta huruf, 2) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 3) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, dan 4) KOPERASI LENTERA dengan 31 ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam. Semua program itu ter-inspirasi dari buku-buku.
Â
Karena itu, donasi buku, sedekah buku, atau sumbangan buku jadi penting untuk taman bacana. Selain untuk menambah semangat untuk lebih rajin membaca, buku-buku pun mampu jadi "daya tarik" anak untuk datang ke taman bacaan. Di taman bacaan, main boleh atau ngobrol juga boleh. Asalkan sambil memegang buku. Jadi, buku tidak harus dibaca. Tapi buku adalah kesadaran. Sebuah spirit yang menjadi bagian hidup seseorang. Agar tetap akrab dengan buku. Â
Seperti hari ini, TBM Lentera Pustaka pun mendapat donasi buku. Ada dari KOMINFO dan Pustaka Bergerak Indonesia dengan Komik Komunika-nya. Ada pula dari IKA UNPAD melalui Forum TBM Jawa Barat yang berdonasi buku. Bahkan donasi buku dari sahabat atau publik lainnya pun selalu dikirim ke TBM Lentera Pustaka. Hampir setiap minggu ada sumbangan atau donasi buku ke taman bacaan di kaki Gunung Salak Bogor ini. Ini jadi bukti, taman bacaan di manapun memang harus berkolaborasi. Agar donatur buku selalu ada dan mau mengirimkan ke taman bacaan.
Tentang buku di taman bacaan sangat penting. Bukua bukan hanya bikin lebih baik. Tapi juga bikin tidur nyenyak pengelola taman bacaan, para pegiat literasi. Karena buku seperti "pintu" yang membuka agar anak-anak pembaca bisa masuk (mau datang). Maka gimana pun caranya, taman bacaan harus memperbanyak koleksi bukunya.Â
Ada benarnya. Buku-buku di taman bacaan pada akhirnya bisa jadi alat anak-anak menemukan dirinya. Mereka jadi tahu potensinya, kenal minatnya melalui buku bacaan. Dari buku, anak-anak jadi punya "jembatan" yang menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan nyata.