Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Dipinggirkan atau Terpinggirkan, Catatan Kritis Hari Aksara Internasional

7 September 2021   09:16 Diperbarui: 7 September 2021   09:16 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Sejujurnya, rendahnya literasi di Indonesia bukanlah persoalan baru. Sudah jadi diskursus tiap tahun. Apalagi di Hari Aksara Internasional. Persoalan literasi pun bukan hanya soal minat baca. Tapi terkait erat dengan akses. Inilah tantangan dan tanggung jawab bersama untuk mengatasi masalah literasi. 

Baik soal sarana prasarana, buku, anak, kultur sosial, koporasi, regulator dan eksekutor para pegiat literasi. Kata kuncinya, literasi adalah kolaborasi sesuai peran masing-masing dalam satu komando. Jujur, kolaborasi satu komando itulah yang tidak ada di negeri ini.

Persoalan literasi, persoalan taman bacaan. Mungkin banyak pihak sudah tahu "titik masalahnya". Hanya saja ada persoalan psikologis dan kultural historis yang menghadang, yaitu "ketidakpedulian". Semakin tidak peduli, maka tidak ada obat untuk meningkatkan minat baca. Bila tidak peduli, maka tidak ada ketersediaan akses bacaan yang  masif. 

Belum diakui kegagalan di level itu, kini ramai-ramai beranjak mengusung "literasi digital". Literasi, akhirnya seakan menempuh jalan yang sama dengan topik yang berbeda. Dari literasi manual berupa buku-buku menuju literasi digital berupa e-book dan sebagainya. Di situlah, literasi kian terpinggirkan.

 Maka di Hari Aksara Internasional, inilah momentum untuk refleksi bersama. Merenungkan tentang perjuangan dan pengorbanan untuk literasi. Sudah sesuai dengan track-nya atau belum? Apa yang harus dibenahi? 

Dan apa pula yang harus ditingkatkan? Semua itu pertanyaan yang harus dijawa sesegera mungkin. Agar literasi dan taman bacaan tidak makin kehilangan arah. Tidak lagi jadi "jalan sunyi" yang tidak dipedulikan.

 Dan terakhir lagi paling penting, literasi sejatinya dimulai dari diri sendiri. Lalu ditebarkan sebagai gerakan bermanfaat untuk orang banyak. Karena tidak ada masyarakat literat tanpa individu yang literasi. Itulah "titik terang" gerakan literasi. Salam literasi #HariAksaraInternasional #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun