Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengelola Taman Bacaan Harus Kelar dengan Diri Sendiri, Betul Enggak?

21 Agustus 2021   18:10 Diperbarui: 21 Agustus 2021   18:11 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ditanya anak saya, "Abi, kenapa urus taman bacaan kan Abi sibuk. Ngajar, jadi konsultan dan aktif di dana pensiun lembaga keuangan?" Begitu tanya Farah, putri kesayangan saat pelesiran bareng ke Bandung hari ini.

Saya pun sedikit berpikir. Mencari jawaban yang pas. Lalu saya katakan, "Iya Nak, Abi urus Taman Bacaan Lentera Pustaka karena Abi sudah kelar dengan diri sendiri. Sudah tidak ada obsesi dunia yang Abi tuju. Selain menebar manfaat untuk orang lain yang membutuhkan kepedulian Abi" jawab saya panjang.

Putri saya pun mengangguk. Itu tanda dia puas dengan jawaban saya. Karena bila tidak, dia pasti bertanya lagi.

Maka penting, pengelola taman bacaan harus kelar dengan diri sendiri. Taman bacaan sifatnya sosial. Apalagi melibatkan anak-anak yang membaca. Tidak bisa diurus dengan cara-cara biasa. Harus lebih kreatif dan menarik. Agar taman bacaan dapat "bertahan hidup" untuk jangka waktu yang lama.

Bila kelar dengan diri sendiri. Taman bacaan pasti bisa diurus dengan penuh komitmen dan konsistensi. Karena kelar dengan diri sendiri, pengelolanya pun mampu menciptakan kebaikan dan aktivitas di taman bacaan. Agar tidak sepi, tidak mati suri.

Tapi sebaliknya. Bila pengelola taman bacaan belum kelar dengan dirinya sendiri. Apa yang terjadi? Maka taman bacaan pun akan dikelola dengan setengah hati. Rapuh dan mudah frustrasi. Atas segala masalah yang melingkupi taman bacaan. Terlalu banyak urusan personal yang belum kelar. Apalagi urusan taman bacaan.

Belum kelar dengan diri sendiri. Ngotot mengelola taman bacaan tapi akhirnya terbentur urusan personal. Hingga akhirnya, taman bacaan dibangun atas mimpi-mimpi yang sulit direalisasikan. Baik pembacanya, bukunya apalagi komitmen untuk jangka panjang.

Sekadar mengingatkan. Taman bacaan memang sulit dikelola bila pengelolanya belum kelar dengan diri sendiri. Seperti orang-orang yang masih mengurusi orang lain. Itu tanda mereka belum kelar dengan diri sendiri. Penuh sangka dan khawatir sehingga harus mengintip laju orang lain..

Maka mulailah dengan langkah kecil yang realistis untuk menuju langkah besar. Mulailah dengan pikiran kecil sebagai landasan pikiran besar. Agar perlahan mampu kelar dengan diri sendiri. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PengelolaTamanBacaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun