Umumnya, salah paham terjadi dalam berbahasa akibat 1) kompetensi berbahasa pemakainya minim dan 2) seringnya menggunakan bahasa yang ambigu atau bias. Sehingga kata-kata yang digunakan memiliki makna ganda, sifatnya membuat bingung pembaca, maknya tidak jelas, dan menimbulkan kesalahpahaman. Seperti yang lalu, saat polemik soal "mudik" vs "pulang kampung". Atau kasus Anji soal kata "anjay".
Jadi begitulah realitas berbahasa Indonesia yang ada. Ada yang salah kaprah, ada yang salah paham. Semua itu, bila dikaji, sangat berpotensi menimbulkan hoaks atau ujaran kebencian. Akibat abainya pemakai bahasa Indonesia itu sendiri.Â
Bahasa Indonesia memang "gampang". Tapi bukan berarti bisa "digampangkan".
Gampang artinya mudah alias tidak sukar. Sesuatu itu gampang bila sudah kenal, dapat memahaminya. Karena ada "kedekatan" dan mau mempelajarinya. Tapi berbeda dengan "digampangkan" atau "menggampangkan" yang berarti menganggap enteng, meremehkan. Sikap meremehkan biasanya terjadi karena tidak kenal, tidak tahu sehingga salah paham.
Di era media sosial, sering kali terjadi salah paham akibat bahasa. Perdebatan dan perselisihan akibat salam paham dalam berbahasa. Maka solosinya hanya dua, yaitu 1) meningkatkan kompetensi berbahasa dan 2) berhati-hati dalam berbahasa agar tidak salah paham. Â
Seperti kata pepatah, "mulutmu harimaumu" lalu jadi "jarimu harimaumu". Intinya, segala perkataan atau tulisan apabila tidak dipikirkan dahulu maka dapat merugikan diri sendiri bahkan mungkin orang lain. Maka biasakanlah berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik itu sesuai tempatnya, benar itu sesuai kaidah dan maknanya.
Maka di momen kemerdekaan RI, siapa pun ada baiknya tetap berjuang untuk lebih kompeten dalam berbahasa Indonesia. Tidak usah berjuang mengangkat senjata. Atau berjuang untuk menghujat orang lain. Tapi cukup berjuang untuk berbahasa lebih baik lagi dari sebelumnya. Agar tahu, kapan salah kaprah kapan salah paham? Salam literasi #BahasaIndonesai #BelajarBahasa #LiterasiBahasaIndonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H