Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengen Pensiun Dini Akibat Pandemi Covid-19, Apa Boleh?

4 Agustus 2021   16:09 Diperbarui: 4 Agustus 2021   16:32 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 bisa jadi meluluh-lantakkan banyak hal. Bahkan ikut memengaruhi pilihan pekerja Indonesia untuk pensiun lebih cepat. Alias pensiun dini dari pekerjaannya.

Hasil studi Investor Global Schroders 2021 periode 16 Maret--7 Mei 2021, menyebutkan 73% responden menyatakan akibat pandemic Covid-19 membuat mereka ingin pensiun lebih cepat (37% yang berpikir untuk pensiun lebih awal dan 36% berpikir akan pensiun setelah pandemi Covid-19 selesai). Hanya 27% responden yang berpikir masih akan pensiun pada usia yang sama.

Bisa jadi, hasil studi ini menegaskan adanya tekanan psikologis pekerja selama pandemic Covid-19.Mulai dari penerapan PPKM darurat, penyekatan di jalan, work from home, hingga mungkin kian sulitnya situasi dalam bekerja. Ditambah khawatir kesehatan akan jadi masalah di kemudian hari. Suka tidak suka, pandemi Covid-19 memang memberi dampak cukup besar kepada pekerja di Indonesia, termasuk soal rencana pensiun.

Pertanyaannya sederhana. Apa boleh pekerja meminta pensiun dini akibat pandemi Covid-19?

Mungkin sebatas persepsi, sah-sah saja berharap bisa pensiun dini. Sebagai sebuah opsi, tentu boleh-boleh saja. Apalagi karena tekanan psikologis di masa pendemi Covid-19. Namun sejatinya, pensun dini seharusnya bukan pilihan pekerja. Tapi tergantung kepada pemberi kerja atau perusahaan tempat bekerja. 

Pensiun dini hanya opsi hak pekerja, itu pun bila diatur dalam peraturan perusahaan. Tapi menjadi kewajiban pemberi kerja untuk setuju atau tidak setuju. Maka itu berarti, pensiun dini atau tidaknya seorang pekerja menjadi kewenangan pemberi kerja semata.

Bila mau jujur, sebenarnya pensiun dini tidak ada acuan rinci yang mengatur. Baik berupa regulasi maupun di peraturan perusahaan. Apa yang dimaksud pensiun dini? Kenapa harus pensiun dini? Apa yang diperoleh saat pensiun dini? Semua pertanyaan itu menambah kegamangan soal "pensiun dini". Bahkan saya menduga, Sebagian besar peraturan perusahaan yang ada di Indonesia pun tidak mencantumkan klausul tentang pensiun dini.

 Karena hakikatnya, istilah pensiun dini memang tidak ada. Istilah ini hanya diadopsi dari istilah "pensiun dipercepat" yang ada di dana pensiun sebagai salah satu manfaat pensiun. Umumnya berlaku 10 tahun sebelum usia pensiun normal. Bila usia pensiun ditetapkan pada 55 tahun, maka pensiun dipercepat diperbolehkan pada usia minimal 45 tahun. 

Pensiun dini, bukan soal boleh atau tidak. Tapi pensiun dini harus memenuhi beberapa syarat atau kondisi yang terintegrasi antara pekerja dan pemberi kerja. Setidaknya ada 3 syarat pensiun dini yang harus dipenuhi, bila berlaku di pemberi kerja, yaitu:

1. Tercapainya usia tertentu pada si pekerja sebelum mencapai usia pensiun normal. Artinya sudah layak dikategorikan pensiun atas dasar usia, Misalnya sudah berusia di atas 45 tahun bila usia pensiun normal yang ditetapkna pemberi kerja 55 tahun dan tercantum dalam peraturan perusahaan.

2. Ada kondisi pekerja yang menyebabkan tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dengan baik. Hal ini bisa terjadi atas usulan pekerja atau atas pandangan pemberi kerja. Intinya, tidak dapat lagi melakukan pekerjaan secara optimal.

3. Keputusan pensiun dini atau tidaknya seorang pekerja terletak pada pemberi kerja atau perusahaan. Tentu dengan berbagai pertimbangan. Pekerja boleh saja meminta pensiun dini. Tapi pemberi kerja pun boleh menyetujui atau tidak menyetujui.

Sejatinya, pensiun dini bukanlah pilihan pekerja. Tapi harus dilihat sebagai opsi pemberi kerja kepada pekerja atas alasan tertentu. Lagi pula, untuk apa pensiun dini bila tidak memiliki ketersediaan dana yang cukup? 

Atau apakah pantas pensiun dini saat usia pekerja baru 38 tahun?

Untuk seorang pekerja, pensiun dini atau tidak pensiun dini bukan pada persepsi atau perasaan semata. Tapi lebih menekankan objektivitas, mau apa setelah pensiun dini? Pensiun lebih cepat bila tidak punya ketersediaan dana untuk membiayai hidup pun akan lebih berisiko. 

Jadi, apa yang sudah dipersiapkan sebelum pensiun dini? Bila sudah memiliki program pensiun yang memang dipersiapkan untuk masa pensiun, mungkin silakan pensiun dini. Tapi bila tidak, untuk apa meminta pensiun dini? Bahkan pada kenyataannya pun, banyak pekerja yang meminta pensiun dini di perusahaan A. Tapi setelah itu masih bekerja di perusahaan B. Itu mah bukan pensiun dini.

Memang, cepat atau lambat, masa pensiun pasti dialami setiap pekerja. Maka masa pensiun adalah sesuatu yang harus dipersiapkan. Karena tidak ada seorang pekerja pun yang akan terus-menerus bekerja. Untuk pekerja, sudah seharusnya mempersiapkan masa pensiun melalui program pensiun. 

Agar tetap dapat hidup nyaman dan sejahtera setelah tidak bekerja lagi. Untuk pemberi kerja, ada baiknya mulai menyiapkan program pensiun untuk pekerja sebagai upaya meminimalkan beban biaya dan menghindari masalah cash flow saat harus membayarkan manfaat pensiun kepada pekerja.

Karena pensiun itu bukan soal waktu. Tapi soal keadaan, mau seperti apa saat tidak bekerja lagi. Jadi, pensiun dini boleh atau tidak? #EdukatorDanaPensiun #PerkumpulanDPLK #YukSiapkanPensiun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun