Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Peradaban, Tanggung Jawab Moral Ada di Mana?

30 Juli 2021   18:51 Diperbarui: 30 Juli 2021   20:01 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TANGGUNG JAWAB MORAL, ADA DI MANA?

Sebagai tuan rumah Olimpiade 2020, Jepang tergolong sukses menggelar event akbar internasional itu. Kenapa begitu? Karena Jepang sebagai tuan rumah benar-benar memberikan pelayanan terbaik kepada "tamu". Kepada atlet negara-negara lain yang mau bertanding. Negeri Sakura itu memang dikenal sangat menghormati tamu. Bahkan menjamin "keamanan" dan kebutuhan orang lain. Salut buat Jepang.

Makanya di Jepang, ada tradisi "Ojigi" atau membungkuk. Sejak balita, orang Jepang sudah diajarkan. Untuk menghormati orang lain. Apalagi orang-orang baik yang datang ke sana. Sayang sekali, di Indonesia tidak ada budaya membungkuk. Mungkin yang ada budaya gosip dan ngeles.

Hebatnya lagi. Orang Jepang itu selalu memberikan yang terbaik atas pekerjaannya. Bahkan siap menanggung risiko atas kelalaian-nya. Sekalipun tidak bersifat langsung. Sebagai bentuk tanggung jawab moral. Orang Jepang sangat gentle. Dan tidak segan untuk mengundurkan diri bila gagal. Atau kinerjanya buruk. Karena itu, dulu ada budaya "harakiri" di Jepang. Menusuk perutnya sendiri akibat merasa malu dan gagal. Termasuk gagal dalam menjaga norma sosial. Jangankan maling, ketahuan korupsi saja mereka bunuh diri.

Bila tahu ada aktivitas baik. Bangsa Jepang itu pasti memeliharanya. Makanya banyak orang pintar Indonesia yang kerja di Jepang dan tidak mau balik lagi. Karena di Jepang, dibikin nyaman. Itulah faktanya. Maka mereka semakin maju, semakin canggih. Berat kontribusi dari orang-orang baik di luar lingkungannya.

Tanggung jawab moral itu ditanamkan di Jepang. Dan kita mungkin tidak perlu meniru semua dari Jepang. Tapi kita dapat belajar untuk mengikuti jejaknya. Sebagai manusia dan bangsa yang mau lebih baik ke depannya.

Itulah literasi peradaban manusia. Tapi sayang, di negeri ini belum seperti itu. Sehingga kebaikan pun harus mengalah dari kebobrokan. Salam literasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun