Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Idul Adha, Orang Mampu tapi Tidak Mau?

18 Juli 2021   10:50 Diperbarui: 18 Juli 2021   12:51 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allah SWT tidak memanggil orang yang mampu. Tapi Allah SWT memampukan orang yang terpanggil.

Kata bijak itu memang benar. Karena faktanya hari ini. Ada 4 tipe manusia. Yaitu: 1) ada orang mampu tapi tidak mau, 2) ada yang mampu tapi mau, 3) ada yang tidak mampu tapi tidak mau, dan 4) ada yang tidak mampu tapi mau. Dan siapa pun kita, pasti ada di antaranya.  

Maka ada dua kata penting, MAMPU dan MAU. Di manakah kita?

Mari kita tilik lebih jauh. Siapakah yang berada di antara "mampu" dan "mau". Di banyak sisi kehidupan manusia pasti terjadi. Seperti saat pandemi Covid-19 ini, vaksinasi ada di mana-mana tapi masih ada yang tidak mau. Tapi ada pula yang mau vaksin tapi dia tidak mampu kemana dia harus di-vaksin? Itu nyata terjadi, antara mampu dan mau. Begitu pula contoh berikut ini:

1. Mampu dan Mau. Siapa pun manusia yang sehat hari ini. Ada yang mampu beribadah dan mau beribadah. Semua perintah Allah SWT dilakukannya atas dasar mampu dan mau. Berbuat kebaikan untuk orang banyak pun mampu dilakukan, mau dikerjakan. Mampu dan mau.

2. Mampu dan tidak mau. Tapi ada juga di dekat kita, orang-orang yang mampu karena sehat tapi tidak mau beribadah dan berbuat kebaikan. Hidupnya hanya untuk diri sendiri saja. Beli gawai baru mampu, beli pulsa ratusan ribu mampu, beli mainan jutaan mampu. Tapi untuk berkuran seekor kambing atau sapi tidak mau. Itulah mampu dan tidak mau.

3. Tidak Mampu dan mau. Manusia yang tidak mampu tapi mau memang langka dan tergolong luar biasa. Tidak sedikit orang tidak mampu di sekililing kita. Tapi mereka mau melakukan ibadah terbaik dan berbuat kebaikan. Kerjanya hanya pemulung tapi mampu menabung untuk berkurban setiap tahun Kerjanya hanya tukang parkir tapi mampu umroh untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tidak mampu dan mau.

4. Tidak Mampu dan Tidak Mau. Nah, ini kondisi manusia yang agak repot dan harus introspeksi diri. Manusia yang diciptakan Allah SWT untuk beribadah tapi tidak dilakukannya. Sakit, miskin, atau tidak mampu lainnya. Tapi kenapa tidak mau beribadah? Lalu mau apa hidup di muka bumi yang jelas-jelas anugerah Allah SWT. Itulah manusia tidak mampu dan tidak mau.  

Bisa jadi, orang-orang yang mampu dan tidak mampu tapi tidak mau bersifat individualis. Hidup hanya bertumpu pada keadaannya sendiri. Tanpa mau melihat dan berbuat untuk orang lain.

Kadang, sehat dan pikiran itu bisa jadi obat sekaligus racun. Sehat dan pikiran itu akan jadi obat bila dilandasi hati Nurani dan rasa cinta untuk sesama. Selalu menebar kebaikan dan berbuat nyata untuk kemanfaatan umat dengan penuh rasa syukur. Sementara sehat dan pikiran bisa jadi racun. Apabila dilandasi sifat individualis, tidak peduli, serakah, benci, dan iri. Jadi terserah, mau pilih yang mana? Sehat dan pikiran mau jadi obat yang manjur atau racun yang keji.

Ketahuilah sahabat literasi. Dalam hidup ini, hidup siapa pun. Ketika satu pintu tertutup. Maka pintu lain akan terbuka. Tapi banyak orang memandangi pintu yang tertutup begitu lama dan meratapinya. Sehingga tidak mampu melihat pintu yang terbuka. Untuk jalan kebaikan dan kemanfaatan kepada orang lain.

Maka di momen Idul Adha 1442 H. Berkurbanlah dengan seekor kambing atau sapi. Semampu yang dipunya. Sebagai wujud rasa syukur dan ikhtiar memperbaiki ibadah kepada Allah SWT. Sambil terus istiqomah dalam bertutur kata, berpikir dan berbuat yang baik dan benar.

Karena siapalah kita ini. Manusia itu hakikatnya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Semua yang dimiliki hanya hak pakai, hanya titipan dari Allah SWT. Dan setelah kematrian tiba, semuanya tidak akan ada yang dibawa sedikit pun. Semuanya akan ditinggalkan. Tapi milik kita adalah sedekah, amal jariyah, dan kurban  yang dibelanjakan di jalan Allah SWT.

Ada benarnya. Allah SWT tidak memanggil orang yang mampu. Tapi Allah SWT memampukan orang yang terpanggil.

Selamat beribadah dan berjuang di jalan kebaikan, di jalan Allah SWT. Insya Allah, sehat dan berkah bersama kita, amiin. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun