Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Stres #DiRumahAja saat PPKM Darurat, Ini 5 Solusinya

13 Juli 2021   09:54 Diperbarui: 13 Juli 2021   10:24 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PPKM darurat bisa jadi diperpanjang jadi 6 minggu. Siapa pun diimbau untuk #DiRumahAja. Kurangi mobilitas dan keluar rumah. Disuruh WFH dan ada penyekatan di mana-mana. Tentu, realitas ini bukan hal yang mudah untuk mereka yang sering keluar rumah. Apalagi bagi yang terbiasa bekerja, terbiasa pergi pagi pulang malam. T

ermasuk yang doyan nongkrong atau punya gaya hidup dinamis. Bisa jadi, bukannya tambah sehat malah stress? Karena merasa tersiksa, terpenjara di rumah?

Jujur saya, saya sendiri sudah 1 tahun 4 bulan #DiRumahAja. Sejak 15 Maret 2020 sampai hari ini. Keluar rumah, seminggu hanya 2 hari saja. Saat PPKM darurat ini pun praktis tidak keluar rumah. Sebagai manusia biasa, tentu dihantui rasa bosan. Suasana hati jadi berantakan. Pikiran tidak menentu. Karena rutinitas yang biasa dilakukan, semua terhenti. Akibat pandemi Covid-19. Apa saya harus stres? Lalu, mau ngapain saat #DiRumahAja? Atau terpaksa #DiRumahAja agar tidak tertular Covid-19?

Jangan stress, gelisah apalagi takut. Karena kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah awal dari kesembuhan. 

Begitu kata ilmuwan Islam, Ibnu Sina. Memang harus diakui, kondisi hari-hari ini tidak baik. Maka tetap tegakkkan protokol Kesehatan, patuhi aturan PPKM darurat. Dan yang penting selalu waspada untuk meningkatkan imun dan iman pada diri sendiri.  Cukup, imun dan iman.  

Oh ya, satu lagi. Semakin lama #DiRumahAja, biasanya makin banyak waktu berselancara di media sosial. Maka pastikan, media sosial dipakai untuk hal-hal yang positif. Tidak perlu menjelekkan orang lain di medsos. Tidak perlu berkomentar yang mengundang kebencian atau tendensi negatif. Jangan salah pakai medsos. U

ntuk apa pakai medsos bila jadinya malah stress atau nambah-nambahin dosa. Ketahuilah medsos itu kamuflase atau tipuan belaka. Maka rileks saja dan gunakan medsosi untuk hal yang bermanfaat dan positif. Ini pesan penting banget dalam situasi seperti sekarang. 

Bosan, gelisah dan bete itu bukan sebab. Tapi akibat. Kenapa bisa stres, gelisah, atau bete? Maka fokus benahi sebabnya. Sebabnya adalah karena takut, khawatir berlebihan dan tidak rileks. 

Seolah kondisi sekarang dianggap masalah. Tetap tenang, jaga kesehatan, dan berpikir positif. Jangan mau terlibat pada pikiran negatif, apalagi berkomentar yang tidak perlu dikomentarin. Rileks saja. Karena semua ini ujian dan sudah dikehendaki Allah SWT. Maka hadapi dengan ikhtiar baik dan doa baik.

Maka rasa bosan dan stres itu harus dikelola dengan baik. Karena bila tidak, akan bisa jadi penyakit. Suasana hati apapun harus dikendalikan. Bila tidak, akan merusak kesehatan mental dan pikiran. 

Sehingga ujung-ujungnya, imunitas tubuh menurun dan akhirnya jadi sakit. Tetaplah berpikir positif, jangan sebaliknya. Banyaklah bersyukur, jangan banyak mengeluh. Jaga suasana hati tetap oke, jangan sebaliknya. Karena percayalah, badai pasti berlalu kok. Dan di balik tiap kesulitan pasti ada kemudahan. 

Bahkan bagi saya, wabah pandemi Covid-19 ini memberi hikmah. Agar siapa pun harus lebih menghargai "di dalam rumah" daripada "di luar rumah". Mungkin kemarin-kemarin, banyak orang lalai terhadap keberadaan rumah. Rumah yang hanya dijadikan tempat istirahat, tempat tidur semata. Terlalu sibuk, untuk urusan di luar rumah.

Jadi, apa yang harus dilakukan saat PPKM darurat atau saat #DiRumahAja?

Tentu, ada banyak yang bisa dilakukan. Sesuai dengan selera masing-masing. Asal yang penting, semua aktivitas itu bersifat produktif dan bermanfaat. Nah, beberapa aktivitas untuk melawan rasa bosan dan jenuh saat #DiRumahAja, antara lain:

1. Membaca buku. Karena membaca itu bisa menambah pengetahuan dan wawasan. Membaca buku itu obatnya batin sekaligus bisa melembutkan akal.

2. Menulis. Karena menulis itu ekpresi pikiran dan perasaan. Ada banyak yang bisa ditulis dalam kondisi sekarang. Jangan terlalu banyak omong dan komentar. Perbanyak menulis. Selain memberi pencerahan kepada pembaca, menulis juga amal yang luar biasa.

3. Silaturahim via online. Karena di zaman canggih begini, silaturahim atau sosialisasi kan bisa secara online alias daring. Cari topik-topik yang mencerahkan dan jangan ikut online yang tambah bikin stress atau tidak ada manfaatnya.

4. Berkebun atau bercocok tanam. Karena berkebun itu melembutkan perasaan dan pikiran. Jadi lebih sehat dan berlatih mencintai alam, berperilaku baik kepada tanaman atau peppohonan. Berkebun itu melatih diri untuk bersabar. Sekaligus meredam egoisme.

5.   Perbanyak ibadah di rumah. Karena mungkin selama ini kita tidak optmal dalam ibadah. Perbaiki kualitas sholat, perbanyak mengaji dan menyimah pengajian di youtube atau radion online. Pandemi Covid-19 harusnya mampu menjadikan kita lebih baik dalam ibadah kepada Allah SWT.

Jadi selama Covid-19, adalah momen untuk lebih dekat pada Allah SWT. Dan lakukan saja, semua aktivitas yang prositif, produktif, dan bermanfaat. Tidak ada alasan untuk stres, panik atau merasa bosan. Sungguh, terlalu banyak aktivitas yang bisa dilakukan untuk menjadikan kita lebih baik, lebih berkualitas.

Saat #DiRumahAja, jangan pernah berpikir negatif atau mengeluh terus-menerus. Apalagi ngomongin orang, ngomongin negara. Fokuslah pada solusi, bukan pada masalah. 

Apalagi kerjanya "mengintip kegiatan orang lain" atau membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Sama sekali itu tidak penting dan tidak produktif. Ketahuilah, setiap orang itu punya aktivitas sendiri, cara sendiri, dan urusan sendiri. Jadi, tidak perlu ingin seperti orang lain?

Sampai sekarang, saya selalu berpesan kepada anak-anak muda. 

Setelah kuliah, mereka ingin kerja. Lalu, ingin punya rumah. Nah, seharusnya saat sudah punya rumah maka hargai rumahnya dengan cara "tinggali dengan senang hati", senangkan hati dan pikiran saat di rumah. 

Sambil berbakti kepada orang tua. Jadi kenapa harus bosan #DiRumahAja? Sangat tidak masuk akal dan bertentangan dengan hati Nurani.

Banyak orang lupa. Rumah itu "kekasih" yang paling dicintai. Karena meski kaki melangkah ke luar, tapi hati tetap tertinggal di rumah. Rumah itu bukan soal di mana kamu tinggal. Tapi soal tempat yang paling mengerti kamu dalam kondisi apapun. Salam literasi #DiRumahAja #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun