Maka mau tidak mau, semua pihak harus peduli pada taman bacaan. Taman bacaan yang sepi tidak boleh dibiarkan. Pemerintah, korporasi, dan orang-orang dewasa harus "merasa terpanggil" untuk menghidupkan taman bacaan. Tradisi baca dan gerakan literasi harus bersinergi dan berkolaborasi. Agar taman bacaan jadi tempat pemenuhan kebutuhan informasi anak yang berkualitas dan membentuk karakter anak. Agar tidak tergerus oleh pengaruh buruk dari teknologi dan pergaulan.
"Selain masalah koleksi buku, taman bacaan harus berjuang untuk mengajak anak-anak membaca. Agar gerakan literasi lebih berdaya. Taman bacaan adalah pusat kegiatan anak yang positif, sekaligus tempat membentuk tradisi baca. Maka sinergi sangat penting di taman bacaan. Libatkan semua pihak di taman bacaan. Zaman boleh canggih. Tapi membaca jangan ditinggalkan. Mau jadi apa anak-anak, bila tidak baca?" ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Progra, TBM Lentera Pustaka di Bogor.
Berdasar realitas itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari di Kaki Gunung Salak Bogor terus berjuang untuk meningkatkan tata Kelola taman bacaan. Melalui model "TBM-Edutainment". sebuah konsep tata kelola taman bacaan berbasis edukasi dan entertainment. Taman bacaan yang dikemas dengan muatan edukatif dan hiburan.
Sejak berdiri 4 tahun lalu, TBM Lentera Pustaka hanya punya 14 anak yang membaca. Tapi kini sudah mencapai 170 anak-anak pembaca aktif. Anak-anak yang dulunya tidak punya akses membaca buku, kini mampu membaca 5-8 buku per minggu per anak. Koleksi bukunya pun dulu hanya 600 buah. Tapi sekarang, sudah lebih dari 6.000 buku. Dan menariknya, 95% buku-buku itu berasal dari donasi. Bahkan biaya operasionalnya, seperti event bulanan, honor wali baca, listrik dan wifi dibiayai oleh pihak swasta sebagai sponsor CSR. Tahun 2021 ini, TBM Lentera Pustaka disponsori 1) Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, 2) Bank Sinarmas, dan 3) Pacific Life Insurance. Ada 10 relawan yang membantu dan selalu saja ada organisasi, komunitas, dan organisasi serta kampus yang berbakti sosial, mengabdi di kampung, dan ber-CSR atau ber-KKN di taman bacaan di kaki Gunung Salak ini.
Di bawan naungan Yayasan Lentera Pustaka Indonesia dan sebagai satu-satunya taman bacaan ber-izin di Kec.. Tamansari Kab. Bogor, kini TBM Lentera Pustaka menjalankan 9 program, seperti: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 170 anak dari 3 desa, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 ibu-ibu buta huruf, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 14 anak, 4) YABI (Yatim BInaan) dengan 14 anak, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 7 lansia, 7) Koperasi Lentera dengan 16 anggota, 8) DONBUK (DONasi BUKU), 8) RABU (RAjin menaBUng), dan LITDIG (LITerasi DIGital) setiap seminggu sekali. Semua program bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat, di samping menekan angka putus sekolah yang masih tergolong tinggi di wilayah ini.
Maka penting, pegiat literasi untuk terus "membenanuh" taman bacaannya sendiri. Jangan hanya sebatas retorika atau diskusi. Tapi eksekusi dan aksi. Karena hidup di taman bacaan itu "tidak semudah yang diomongkan bila tidak dipraktikkan". Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka #PegiatLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H