Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PPKM Darurat di Mata Kaum Penikmat Kopi

4 Juli 2021   09:16 Diperbarui: 4 Juli 2021   09:16 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terima kasih ya Allah, sudah menciptakan kopi. Hingga secangkir kehangatan hari ini selalu bisa dinikmati, disyukuri sepenuh hati.

Begitu cara seorang penikmat kopi bersyukur. Lagi PPKM darurat atau lagi "terpenjara" di dalam rumah. Akibat pandemic Covid-19. Tidak mengapa dan tidak masalah. Karena kaum penikmat kopi, hanya bisa bersikap rileks. Sambil bersukur atas semua nikmat yang diberikan Gusti Allah SWT. 

 

Di mata kaum penikmat kopi. Semua yang terjadi itu sudah ada dalam genggaman-Nya. Sehingga tidak boleh ada orang lain yang ikut menentukan cara kita dalam bertindak. Ada yang pikirannya negatif, silakan. Ada yang perilakunya buruh, boleh saja. Bahkan ada yang sikapnya tidak baik, tidak masalah mau optimis atau pesimis, itu pilihan masing-masing. 

 

Seperti secangkir kopi. Atas nama rasa, kopi tidak pernah berdusta. Manis dihirup, pahit pun diteguk. Karena di secangkir kopi, manis dan pahit bertemu dalam kehangatan tiada tara. Dan di secangkir kopi, manis tidak selalu senang. Pahit pun tidak selalu sedih. Semua yang ada, biasa saja. Tidak ada yang istimewa.

Kaum penikmat kopi, sadar betul. Tiap orang punya kelebihan, tanpa perlu dibicarakan. Siapa pun punya kekurangan, tanpa perlu diperdebatkan. Sangat lazim. Tiap ada kelebihan pasti ada kekurangan. Plus dan minus itu berjalan beriringan. Begitulah, rasa secangkir kopi. Maka kaum penikmat kopi sangat mengerti, sangat literat. Semua dikembalikan kepada yang meminum kopi. Mau apa dia pikiran dan perilakunya?

Saat PPKM darurat dilarang pun. Banyak orang yang jutek, ngedumel. Bahkan stress dan terpenjara oleh pikiranya sendiri. Mereka yang mengaku tahu cara meredam pandemi Covid-19. Seolah dia yang paling benar soal Covid-19 harus diapakan? Egois dan terlalu "mnuhankan" otaknya sendiri. Sementara hati nurani tercecer di banyak ocehannya sendiri. Mereka lupa, kopi itu lebih paham tentang cara menghangatkan penikmatnya.

 

Maka tolong izinkan. Kaum penikmat kopi memberi wejangan. 

Bahwa siapa pun, hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Tidak satu pun yang boleh mempengaruhinya. Sambil menyeruput kopi pun, kebaikan akan selalu terkuak. Tidak ada yang mampu menutupi kebaikan sehebat apapun. Karena baik itu pilihan. Tanpa perlu dipengaruhi atau mempengaruhi.

 

Kaum penikmat kopi, selalu berpesan untuk dirinya sendiri.

Jadilah pribadi yang tetap sejuk di tempat yang panas. Jadilah orang yang tetap manis di tempat yang sangat pahit sekaliun. Tetaplah merasa kecil meskipun sudah besar. Tetap tenang di keadaan gaduh sekalipun. Lalu, kenapa harus marah? Kenapa harus stress? Kenapa pula harus membenci orang lain?

 

Sungguh, tidak ada soal yang tidak bisa dipecahkan. Asal punya ikhtiar dan doa baik. Jalani saja hari-hari dengan secangkir kopi. Syukurilah apa yang ada. Karena semua ini, sudah pantas untuk kita.

 

Seperti secangkir kopi. Tetap dicintai tanpa menyembunyikan pahitnya rasa. Karena nasehat baik itu, tidak pernah datang terlambat. Salam literasi. #KuamPenikmatKopi #BudayaLiterasi #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun