Bagi saya kini, Ibu Prof. Dr. Conny Semiawan, bukan hanya mantan Rektor IKIP Jakarta/UNJ. Bahkan lebih dari sekadarr professor atau guru besar. Ibu Conny adalah "ibu akademik" bagi mahasiswanya, bagi murid-muridnya. Selama kuliah di IKIP Jakarta tahun 1989-1994. Lima tahun tidur di kampus, sambil mengurusi HMJ, SEMA Fakultas, SEMA IKIP.Â
Saya belajar satu hal penting dari Ibu Conny. Bahwa mahasiwa, mau sekritis apapun, senakal apapun, harus tetap mencintai "ilmu dan pengetahuan". Maka semuanya harus dilakukan secara elegan dan dipikir matang. Tidak sembarangan. Itulah yang hingga kini, saya anggap yang membedakan orang kampus dan nonkampus.
Selama 2 periode (1984-1992), Ibu Conny  menjabat sebagai Rektor IKIP Jakarta/UNJ. Seorang rektor yang "hidup" di era keras rezim Orde Baru. "Sekali demo, maka kalian akan aku bungkam" begitu rasa zamannya.Â
Tapi di bawah kepemimpinan dan tangan dingin Ibu Conny, IKIP Jakarta saat itu tetap mampu jadi "Center of Excellence", sebagai salah satu kampus tempat  lahirnya gagasan dan pergerakan "perlawanan terhadap rezim" yang kritis dan elegan.Â
Kampus bukan hanya "kawah candradimuka" hadirnya gagasan akademik, riset dan intelektualias semata. Tapi kampus, harus mampu menjadi "ruang terbuka" untuk menyampaikan aspirasi dan mimbar kebebasan berpikir. Ibu Conny memang guru teladan.
Apa cukup sampai di situ? Tidak, setelah saya pamit dari IKIP Jakarta/UNJ tahun 1994. Lama tidak bertemu beliau. Alhamdulillah di usia tuanya, saya dan teman-teman sempat menyambangi rumah Ibu Conny di Jl. Brawijaya pada 7 Juli 2017. Untuk bertukar pikiran dan menengok keadaan beliau. (Silakan simak: Ketika Alumni IKIP Jakarta Menyambangi Prof. Conny Semiawan Halaman 1 - Kompasiana.com).
Dan memang beliu layak disematkan "tokoh Pendidikan". Karena di usia tuanya pun, beliau tetap menulsi dan melahirkan buku "Strategi Pengembangan Otak; dari Revolusi Biologi ke Revolusi Mental". Saya dan teman-teman pun ikut hadir menyukseskan acara peluncuran buku beliau pada 25 November 2017 di Jakarta. (Simak: Peluncuran Buku 'Strategi Pengembangan Otak' - Analisa - www.indonesiana.id)
Ibu Conny, mungkin tidak akan membaca tulisan ini. Karena ini hanya in memoriam Ibu Conny. Tapi sepeninggal Ibu Conny ada pesan. Â Bahwa di kampus harus ada "ruang terbuka" untuk membangun kesadaran kritis, sekaligus kesadaran intelektual untuk tetap cinta pada ilmu dan pengetahuan. Maka pendidikan, hingga kapan pun tidak boleh diam.Â
Harus terus bergerak dan berdinamika. Â Atas nama pendidikan, siapa pun tidak perlu takut berbeda pendapat. Tidak perlu tabu berseberangan pemikiran. Bahkan jangan pula membungkam kritik. Karena sejatinya, ilmu pengetahuan justru dibesarkan dan bisa hidup karena ada kritik. Bukan hanya nyaman dan baik-baik saja, bila akhirnya tidak berbuat apa-apa.
Maka in memoriam Ibu Prof. Dr. Conny Semiawan. Saya hanya ingin mengenang beliau. Sebagai sosok yang "keibuan dalam pendidikan". Pendidikan kasih sayang adalah cara terdepan membangun peradaban bangsa Indonesia, peradaban orang-orang yang tidak boleh berhenti belajar.
Terima kasih Ibu Conny atas segala ilmunya yang luar biasa. Semoga Ibu husnul khotimah. Insya Allah, doa-doa indah selalu terlantunkan untuk Ibu, doa dari kami murid-murid untuk sang guru teladan. Selamat jalan Ibu Conny ...