Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Untuk Apa Hidup Keren tapi Memaksa Diri?

29 Juni 2021   09:41 Diperbarui: 29 Juni 2021   09:51 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup itu sederhana. Sesederhana siapapun yang ingin baik dan bahagia. Dan sederhana itu tidak ada hubungannya dengan kaya atau miskin. Tidak ada hubungannya pula dengan pangkat dan jabatan. Tapi hidup sederhana terletak pada akhlak, pada karakter manusianya.

Siapa pun yang berkiprah di taman bacaan atau gerakan literasi. Itu pun contoh hidup sederhana. Berjuang untuk membangun giat baca anak-anak dan masyarakat. Menyediakan tempat baca, menyiapkan buku dan melayani anak-anak di taman bacaan. Itu semua sederhana. Bisa dilakukan banyak orang. Tapi hanya sedikit saja yang bisa melakukannya.

Saat anak-anak butuh buku bacaan, taman bacaan menyediakan aksesnya. Saat buku-buku bekas di-kilo-in, taman bacaan menampungnya. Saat anak-anak nongkron di jalan-jalan, taman bacaan dijadikan tempat nongkrng anak-anak yang membaca. Jadi, hidup sederhana itu siapa pun bisa mempertemukan "harapan dan kenyataan" sekalipun hanya buku bacaan.

Maka hidup sederhana itu memang sederhana. Yaitu "BERBUAT BAIK SAJA UNTUK LINGKUNGAN KITA. WALAU HANYA MENYEDIAKAN BUKU BACAAN. URUS SAJA URUSAN KITA. TANPA PERLU MENGURUS URUSAN ORANG LAIN". Karena sederhana itu, saat kita tidak pernah mengukur sepatu orang lain dengan ukuran kaki kita. Jangan pernah mengukur kehidupan orang lain dengan ukuran hidup kita. Sederhana kan.

Tapi, entah kenapa? Hari ini, makin banyak orang yang terlalu mudah menghakimi orang lain. Terlalu gampang menilai orang lain. Terlalu gemar bergosip lalu percaya perkataan orang lain. Tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka yang gemar berlomba-lomba dalam keburukan. Itulah oang-orang yang tidak literat. Hidupnya tidak sederhana bahkan hidup dibikin rumit. Hal yang tidak perlu diomongkan malah dijadikan omongan.

Maka di taman bacaan, siapapun diingatkan. Bahwa tidak ada perbuatan baik yang sia-sia. Berlomba-lombalah dalam kebaikan, dalam amal saleh. Sekalipun hanya membaca buku atau belajar baca-tulis.

Berhati-hatilah dalam hidup. Jangan terburu-buru menghakimi orang lain. Karena, keadaan buruk itu sering kali datang dari pikiran yang buruk. Manusia literat itu terjadi saat kita berani berhenti menyalahkan orang lain. Dan mampu melihat kesalahan diri sendiri. Jangan paksa diri untuk hidup agar terlihat keren. Biasa saja dan apa adanya.

Di taman bacaan, ada hidup yang sederhana. Saat hidup apa adanya. Bukan hidup mewah atau terlihat keren tapi memaksa diri. Karena hidup itu sederhana. Apabila sesuatu yang kita tidak senangi terjadi. Maka senangilah apa yang terjadi.  Salam literasi. #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen #KampanyeLiterasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun