Entah kebijakan, regulasi, peraturan atau apa pun. Bila mau berubah ke arah lebih baik ya harusnya siapa pun berani "berpikir di luar kotak". Bukan fokus dan berjuang pada 1) bila menguntungkan oke dan 2) bila merugikan tidak. Itu bukan berpikir di luar kotak tapi egois.
Seperti di taman bacaan pun begitu. Apa iya masalahnya hanya buku. Atau soal anak-anak yang membaca. Atau soal sifatnya yang sosial. Belum tentu kok. Tiap taman bacaan pasti punya masalah dan tata keloal yang berbeda. Maka di situlah dibutuhkan kreativita untuk mencari solusinya. Bukan mengungkap masalahnya. Taman bacaan pun patt "berpikir di luar kotak". Keluar dari masalah klasikal selama ini.
Dan agak penting. Bahwa "berpikir di luar kotak" itu basisnya harus ada keterbukaan, tidak keras kepala, dan tidak bertahan pada pendapat sendiri. Opininya selalu ingin dianggap benar. Lalu sesuatu yang baru dianggap salah.
Kedengarannya sederhana. Pengen terjadi perubahan. Tapi pikiran dan sikapnya justru bertahan dan berlama-lama pada cara lama. Itu pun belum tentu sepenuhnya benar. Menuntut orang lain berpikir "di luar kotak" tapi diri sendiri tetap bersemayam "di dalam kotak". Jadi mau gimana dong? Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #GerakanLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H