Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Renungan Hari Lahir Pancasila, Hai Bangsa Harap Tenang

1 Juni 2021   09:42 Diperbarui: 1 Juni 2021   10:09 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 1 Juni diperingati Hari lahir Pancasila. Sebuah peringatan terhadap pedoman Indonesia dalam berbangsa dan bernegara dirumuskan. Lahirnya lima dasar negara sebagai nilai-nilai luhur yang seharusnya menjadi karakter bangsa dan senantiasa dijunjung tinggi. Bangsa Indonesia yang ber-ketuhanan, berperi-kemanusiaan, menjaga persatuan, mengusung musyarakat dan mufakat dalam demokrasi, dan ber-keadilan. Dan dibungkus dalam slogan "sekalipun berbeda-beda tetap satu jua".

Lalu, apa hikmah di Hari Lahir Pancasila?

Di mata saya, sederhana saja. Mungkin bangsa Indonesia, siapa pun, perlu "lebih banyak berbuat dan bersikap tenang, jangan banyak gaduh yang tidak produktif". Musisi dan pemain band jadi komisaris saja gaduh. Pegawai KPK gaduh. Apa saja dibuat gaduh tapi tanpa solusi. Bangsa Indonesia harusnya lebih bersikap "tenang". Jangan banyak gaduh, berisik. Tidak produktif. Apa ada hal atau masalah yang bisa diselesaikan dengan kegaduhan?

Hai Bangsa Indonesia, harap tenang, 

Bila sudah berbeda tidak perlu dipersoalkan. Bila ada yang salah ya dibenarkan. Bila masih banyak masalah, silakan dibantu untuk diselesaikan. Tidak perlu membenci apalagi mencaci-maki perbuatan orang lain. Apalagi kerjanya hanya mencari-cari kesalahan orang. Berisik di grup WA, ramai di media sosial. Tapi semua atas tendensi ketidak-senangan. Terlalu subjektif dan kian menjauh dar hati nurani. 

Bangsa ini mungkin perlu belajar untuk lebih tenang.

Karena makin banyak saja orang-orang yang tidak tenang. Terlau daduh, berisik lalu gelisah. Hingga gemar mencari kesalahan, mengoyak kelemahan lawan. Mengumbar celotehan da ocehan sebagai ekspresi kegundahan. Bela sana bela sini. Kayak prajurit pangkat kopral. Tapi sayang, takut mati. Mau sampai kapan? Gaduh, kok tidak ada habis-habisnya. Maka wajar, sikap tenang jadi makin susah dicari, sulit ditemukan. Hai bangsa Indonesia, harap tenang.

Di Hari Lahir Pancasila. Belajarlah untuk tenang. 

Karena tenang itu sikap penting. Untuk berani membuang emosi dan egoisme. Tenang untuk lebih jernih melihat masalah dan tetap objektif.  Tenang juga bukan berarti lamban. Tenang untuk tetap gesit dan bekerja, selalu ikhtiar yang baik. Karena tenang itu lebih hebat dari cuma sekadar kata-kata, dari sekadar celotehan yang malah bikin gaduh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun