Tenang itu soal sikap. Tenang pun tidak ada hubungan dengan menang atau kalah. Siapa yang bilang orang yang berisik itu menang. Siapa pula yang katakan orang tenang itu kalah. Masih ingatkah kita? Tentang kisah Perang Bubat. Patih Gajah Mada itu menang. Tapi pasca kemenangan itu, Gajah Mada malah jadi orang yang terkucil. Hayam Wuruk pun ditinggal oleh Puteri Sunda Dyah Pitaloka, yang ternyata sangat dia cintai dan kagumi. Sejak itu, kerajaan Majapahit justru makin hancur bahkan runtuh. Ini bukti, bahwa kemenangan tidak selalu bikin orang hebat dan bahagia.
Hai bangsa Indonesia. Harap tenang. Karena hidup bukan soal menang kalah. Apalagi membenci atau tidak membenci. Hidup itu "wadah" agar siapa pun bisa lebih bertanggung jawab dan mampu bertahan dalam segala kondisi. Selalu ikhtiar baik dalam segala keadaan, suka atau tidak suka. Memang sangat manusiawi punya sikap benci atau marah itu manusiawi. Tapi di saat yang sama, sikap tenang dan mau menerima realitas juga perlu. Maka, tenanglah.
Mungkin ada baiknya. Pancasila sebagai ideologi dan nilai-nilai lihur bangsa Indonesia. Patut dijunjung tinggi. Setidaknya untuk bisa bersikap lebih tenang. Tenang dalam pikiran, sikap, dan tindakan. Tidak perlu gadu, berisik apalahi gerabak-gerubuk.
Kenapa? Karena sejatinya, semua yang terjadi sudah dalam scenario-Nya. Dan Allah SWT sudah tahu kok "siapa kita sebenanarnya". Tenang itu memang tidak cukup ditulis dengan kata-kata. Tapi harus bisa dirasakan dan dilakukan. Oleh siapapun.
Tenang. Agar kita tidak lupa. Bahwa semua yang ada di dunia ini hanya titipan dan "hanya sandiwara" belaka. Hingga cerita sandiwara itu pun menunggu waktu akan berakhir. Hai bangsa Indonesia, harap tenang. Salam literasi. #HariLahirPancasila #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H