Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjuangan Guru Buta Aksara di Kaki Gunung Salak

6 Mei 2021   19:52 Diperbarui: 6 Mei 2021   19:52 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman boleh maju, boleh canggih sepesat era digital. Tapi siapa sangka, di sekelilung kita masih ada orang-orang yang tidak bisa menikmatinya. Mereka kaum buta huruf, kalangan orang-otang yang masih "dihantui" kegelapan. Karena tidak bisa membaca, tidak bisa menulis. Berhitung pun hanya tahu urusan uang.

Lalu, siapa yang harus peduli kepada kaum buta aksara di Indonesia? Katanya ada 3 juta orang Indonesia yang tidak bisa baca-tulis alias buta huruf. Mungkin, ini bukan soal angka semata. tapi butuh kepedulian untuk "menengok" dan terjun langsung membantu mereka. Kaum buta aksaran yang masih dibelenggu ketidak-berdayaan.

Syarifudin Yunus, Penggagas GErakan BERantas BUta aksaRA (Geberbura) TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak pun ikut memberantas buta aksara di daerah yang tidak jauh dari kota Jakarta, 75km dari ibukota negara. Setiap hari Minggu, dia datang ke TBM Lentera Pustaka yang didirikannya untuk mengajar kaum ibu yang masih buta aksara. Dari mulai menulis nama, tanda tangan, mengeja kata, hingga membuat kalimat sederhana. Sekaligus selalu diberi PR dan menulis agar tangan mereka lebih terbiasa dalam menulis huruf demi huruff, kata demi kata. 


Perjuangan memberantas buta aksara memang tidak mudah. Selain komitmen, dibutuhkan konsistensi dan cara beda yang menyenangkan. Agar kaum buta aksara tetap bisa bertahan belajar membaca dan menulis, Maklum, mereka tidak punya rapor, tidak ada kenaikan kelas. Apalagi di tambah urusan rumah tangga. Terlalu rentan untuk "tidak datang" belajar.

Sebagai apreasiasi dan jepedulian tergadap praktik baik di taman bacaan masyarakat, crew Tonight Show NET TV pun mengunjungi aktivitas pemberantasan buta aksara GEBERBURA TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Untuk tayangan "Ramadan Heroes" Tonight Show yang digawangi Vincent dan Desta.

Berantas buta aksara di GEBERBURA TBM Lentera Pustaka hanya sepengal kisah perjuangan seseorang untuk membantu sesamanya. Tentang memberi manfaat kepada orang lain yang membutuhkan uluran tangan kira. Apa pun, kepedulian sosial memang harus dilakukan, tidak lagi dirasakan. Inilah bukti "gerakan literasi" harus dijalankan ke kampung-kampung, tak cukup diperbincangkan atau diseminarkan.

Ada pesan sederhana. Yaitu jangan pernah bosan berbuat baik, jangan kehilangan kesempatan untuk melalukan yang terbaik untuk sesama. Apapun kendalanya, sesibuk apapun, Agar kuta tetap eling. Dari mana kita berasal dan mau ke mana kita menuju? Salam literasi. #GeberBura #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TonightShowNETTV

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun