Saya pun harus mengakui. Sudah 5 tahun ini, saya gagal menyelesaikan naskah buku-buku yang harus saya selesaikan. Mulai dari Allah First, Gue Gak Bisa Nulis, The Art of Pension; From Values to Heroes, Belajar Dari Orang Goblok, Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra, dan Kompetensi Menulis Ilmiah. Harus diakui, saya lalai untuk menuntaskan naskah buku-buku itu. Tapi saya berjanji untuk tetap bisa menyelesaikan dan menerbitkannya.
Di Hari Buku Sedunia, 23 April ini. Bisa jadi momen pengakuan. Bahwa membaca itu penting. Siapapun harusnya sadar tradisi baca dan budaya literasi harusnya jadi bagian hidup setiap anak manusia. Apalagi di tengah gempuran era digital. Buku-buku harusnya bukan hanya dipajang atau ditumpuk. Tapi dibaca dan diterapkan ilmunya. Karena hidup tanpa membaca itu ibarat tubuh tanpa jiwa.
Â
Sebuah pengakuan itu penting. Untuk introspeksi diri di bulan puasa. Karena banyak hal yang harus terus diperbaiki. Sebagai diri, sebagai lingkungan maupun sebagai bangsa. Untuk berpikir lebih positif dan tetap berbuat baik. Agar hidup  atas apa yang diperbuat bukan atas yang diomongkan.
Pengakuan, adalah catatan penting Hari Buku Sedunia. Bersikap untuk berani membaca buku. Sambil  selalu membersihkan hati, meningkatkan iman. Karena tidak ada iman yang baik tanpa hati yang bersih. Pengakuan pun lebih terhormat daripada mencari pembenaran. Apalagi mencari kesalahan orang lain. Tapi mengakui bahwa diri sendiri masih banyak khilaf dan salah. Sehingga berani mengakui diri sendiri apa adanya, bukan berjuang menjadi seperti yang ingin diakui orang lain. Salam literasi #KampanyeLiterasi #HariBukuSedunia #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H