Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Online, Bikin Anak Tidak Seindah Warna Aslinya

24 Maret 2021   08:23 Diperbarui: 24 Maret 2021   08:56 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup serba online, makin sulit dihindari.

Semua jadi serba cepat, mudah, dan instan. Bagi banyak orang, dunia online sudah jadi kebutuhan primer. Banyak menghabiskan waktu di depan smartphone atau computer. Dunia online kian tidak ada batasnya lagi.

Online, daring, dunia maya, mobile. Apalah itu namanya. Intinya, serba online. Serba digital, serba bergantung pada internet. Belanja online, belajar online, kerja online, nikah online. Ada pula utang online. gim online, ojek online. Zaman memang sudah canggih. Lebih fleksibel, lebih keren. Tapi ada tanya yang sulit dijawab. Apa semua yang online baik?

Buktinya, ratusan anak di Jabar masuk RS jiwa karena kecanduan ponsel. Lebih dari 6 jam sehari main ponsel. Nonton youtube dan main gim online hingga terganggu Kesehatan mentalnya. Bukti lainnya, pun makin banyak artis yang terlibat prostitusi online. Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini, ada dugaan banyak orang "terganggu mentalnya" akibat dunia online. Tertawa sendiri, merenung sendiri, hingga hidup di dunia tidak nyata. Mengerikan sekali.

Hebatnya dunia online. Anak zaman now lebih memilih tidak makan daripada tidak ada akses internet. Sibuk mencari koneksi wifi daripada melakukan aktivitas yang produktif. Di rumah makan pun, yang ditanya colokan listrik bukan menunya apa? Sungguh, dunia online sudah jadi gaya hidup. Anak-anak maupun orang dewasa. 

Banyak orang lupa. Dunia online tidak selalu baik. Bila tidak punya sikap dan perilaku literat. Terlalu terbuai gaya hidup online, jadi orang yang kamuflase. Hidup yang direkayasa. Dunia online bikin banyak orang "tidak seindah warna aslinya". Maka tetaplah hidup di era manual, tidak semuanya harus online.

Seperti di taman bacaan. Membaca buku itu manual, tidak perlu online. Karena di taman bacaan, anak-anak tetap mampu bersosialisasi. Terhindar dari kecanduan online. Kebaikan itu nyata, bukan dunia maya. Bahkan taman bacaan pun. Kini jadi satu-satunya "lawan tanding" anak-anak yang terancan gim online, putus sekolah, pernikahan dini atau narkoba. 

Online itu baik. Bila tahu cara pakainya, tahu waktu untuk memakainya. Dan tetap berpijak pada realitas. Tidak perlu memaksakan diri untuk online. Bila akhirnya jadi orang yang tidak apa adanya. Jadi orang yang tidak sama, saat di dunia maya dan di dunia nyata.

 Dunia online itu mengerikan. Saat pemakainya tidak tahu kapan waktunya dan untuk apa memakainya? Apalagi sekarang, 80% orang tua tidak pernah bernasehat kepada anak-anak yang memakai ponselnya. Mampu membelikan tapi tidak mampu menjelaskan cara pakainya.

Sungguh di dunia online. Siapa pun bisa jadi apa saja. Bahkan mampu terkesan hebat di dunia maya. Online, siapa pun bisa berkata apa saja; mencintai sekaligus menyakiti tanpa henti. Online bikin candu, bobrok bahkan sakit jiwa. Akankah kita berdiam diri? Salam literasi #KampanyeLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun