Kotax, begitu teman-teman semasa SMPN 216 dan SMAN 30 memanggilku. Kenapa kotax? Itu gak penting. Apalah arti sebuah nama, apa arti sekadar panggilan. Sesederhana itu. Aku bisa muncul dengan berbagai cara. Lewat kata, lewat tiap tetesan tinta, atau lewat setiap tindakan nyata. Selagi mau berbuat dan bermanfaat untuk orang lain, insya Allah aku oke oke saja.
Sama sekali, aku gak ingin jadi apa-apa. Karena aku memang bukan apa-apa. Bahkan bukan siapa siapa. Tapi aku hanya ingin lebih bermanfaat di sisa usiaku. Meneteskan sedikit "warisan" untuk umat. Mengukir sebuah legacy kehidupan. Ketika aku pergi nanti...
Menjadi apa aku?
Itu juga gak terlalu penting. Seperti apa aku, pun sangat gak penting. Aku, hanya bertumpu pada "dari mana aku berasal?" dan hendak "kemana aku pergi?".
Maka aku, kini. Di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka, di Kaki Gunung Salak. Aku hanya ingin membuat ratusan anak-anak kampung punya akses bacaan. Ya, membaca buku sambil tersenyum menatap masa depan. Agar tidak ada anak yang putus sekolah. Agar jangan ada lagi ibu-ibu buta huruf. Agar anak-anak kelas prassekolah bisa baca dan tulis. Bahkan bertekad untuk mengajak anak-anak yatim itu tetap melangkahkan kaki ke sekolah. Karena "khairunnass anfa uhum linnass - sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya".
Berteman itu isi bukan bungkus ...
Berteman itu "isi" bukan "bungkus". Maka aku pun hanya menghargai tiap tarikan nafas pertemanan yang penuh ikhlas dan tulus. Berkomitmen menebar kebaikan, bukan sebaliknya. Tentu, dengan segala kurang dan lebihnya.
Begitulah seharusnya berteman. Entah, semasa di SDN Kenari 12 Salemba, SMPN 216 Salemba, SMAN 30 Rawasari. Atau semasa kuliah S1 di Universitas Negeri Jakarta (IKIP Jakarta), S2 di UKI, dan kini S3 di Universitas Pakuan Bogor. Bahkan pertemanan sesama professional di industri asuransi jiwa dan DPLK. Pertemanan yang memberi kemanfaatan untuk orang lain.
Panggil aku, Kotax. Begitu teman-temanku menyapa. Karena aku tahu. Teman itu hadir. Pasti untuk melengkapi bagianku yang kurang. Bersinergi, berkolaborasi untuk sebuah kebaikan; sebuah kepedulian.
Dari sini, aku terus belajar dan belajar. Bahwa berteman, itu harus berani untuk memahami baru kemudian dipahami. Tanpa ego, tanpa merasa benar sendiri. Maka, aku ucapkan terima kasih teman. Semoga kalian sehat dan berkah selalu...
Memang benar. Berteman dan apapun. Fokuslah pada isi bukan bungkus-nya ... ciamikk #TemanSekolah #TBMLenteraPustaka #IsiBukanBungkus #TamanBacaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H