Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Prasangka, Kenapa Curiga Orang Lain?

4 Maret 2021   10:32 Diperbarui: 4 Maret 2021   10:33 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman boleh canggih. Pendidikan boleh tinggi. Agama boleh paham. Tapi itu semua tidak ada guna bila manusianya dirasuki prasangka. Prasangka atau prejudice. Yaitu opini atau pendapat "buruk" tentang apa yang tidak diketahui. Anggapan yang dibangun tanpa fakta. Dan anehnya, si teman ngobrol orang yang berprasangka pun mengiyakan. Jadilah gosip, jadilah hoaks bahkan fitnah.

Menuduh orang lain sombong karena tidak pernah ngerumpi bareng dengannya. Mundur dari pekerjaan lalu cari-cari alasan yang menjelekkan tempat kerjanya. Menyebut curang orang lain karena kalah dalam sebuah pertandingan. Ngomongin orang lain salah padahal tidak mendengar secara langsung. Itu semua contoh prasangka yang lazim terjadi. Mungkin, kita ada di dalamnya.

Karena prasangka. Apa saja perbuatan baik yang dikerjakan orang lain dianggap salah. Apa saja yang diomong orang lain katanya salah. Lalu, hanya di pemilik prasangka yang merasa benar sendiri. Apa pun yang dilakukan orang yang dibencinya pasti salah. Itulah manusia penuh prasangka. Yang benar, hanya pikirannya hanya perasaannya sendiri.

Manusia penuh prasangka. Mereka yang tidak bisa lagi berpikir objektif. Gagal bersahabat dengan kenyataan. Maunya membenci, maunya bermusuhan. Sehingga wajar, jadi terpecah belah. Lalu kehilangan kekuatan untuk bersama-sama. Banyak orang lupa. Manusia sebagus apapun akhlaknya. Sehebat apapun akalnya. Sungguh, tidak akan bisa bertindak optimal bila direcoki prasangka buruk.

Maka literasi prasangka jadi penting. Taman bacaan pun harus eksis.

Literasi bukan hanya soal baca-tulis. Tapi ikhtiar untuk melawan prasangka buruk siapa pun. Membaca buku adalah "obat" agar lebih paham keadaaan. Tahu faktanya sehingga tidak bergosip atau spekulasi. Karena prasangka, adalah alasan orang bodoh tentang apa pun. Gerakan literasi akan meraih "kemenangan." Saat mampu menjadikan manusia tidak lagi berkawan dengan prasangka buruk.

Literasi prasangka ingin mengingatkan. Bahwa tidak ada peradaban baik yang dibangun oleh prasangka buruk. Perbuatan baik itu nyata. Prasangka buruk itu dusta.

 Peradaban baik itu ibarat senja. Tidak pernah berduka walau menunggu waktu untuk tenggelam.  Perbuatan baik itu ibarat senja. Selalu setia menjalani waktu sore tanpa pernah meragukan kuasa Allah. Karena peradaban baik selalu percaya. Bahwa setiap masalah itu ada untuk mendewasakan dan menguatkan bukan menjatuhkan.

Maka tetaplah berbuat baik dan jauhi prasangka. Karena peradaban baik tidak pernah dibangun oleh prasangka. Keluh kesah, kebencian, caci maki, hoaks, bahkan fitnah tidak akan pernah memperbaiki keadaan.  Karena orang baik itu bukan dilihat dari kerasnya membaca kitab suci. Tapi dari sabar dan konsistennya menjalankan ajaran dan kebaikan dari kitab suci. Tanpa prasangka buruk sedikitpun.

Prasangka buruk adalah musuh perbuatan baik. 

Maka siapa pun untuk jadi orang baik, memang tidak harus sempurna. Tapi selalu mencari cara untuk memperbaiki diri. Karena orang baik selalu sadar, tidak ada yang dapat mengubah keadaan selain dirinya sendiri. Tentu, tanpa prasangka. Salam literasi #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun