Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berbuat vs Ngomong, Sebuah Pilihan

25 Februari 2021   10:13 Diperbarui: 25 Februari 2021   10:17 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Gerakan Berantas Buta Aksara Lentera Pustaka

Hidup siapa pun itu bak perjalanan, Selalu ada pilihan. Dan Ketika sudah dipilih pun, tentu realitasnya tidak segampang yang dipikirkan. Ada jalan terjalm ada jalan licin, bahkan jalan berkerikil yang sedikit menghadang. Maka memilih dan berjalan di pilihan itu sama sekali bukan perbuatan mudah. Selalau ada gangguan, ada cobaan.

Begitu pula di taman bacaan. Upaya menegakkan tradisi baca anak-anak di era digital pun pilihan. Menyediakan akses bacaan anak-anak itu pilihan. Karena kegiatan membaca pun sebuah pilihan. Mau membaca buku atau ngobrol itu pilihan. Mau bergosip atau menulis setiap hari pun itu pilihan. Jadi hidup, pasti dihadapkan pada pilihan. Maka jangan menghindar dari pilihan.

Kemarin-kemarin, ada pilpres ada pilkada.

Sejatinya itu semua pelajaran tentang cara memilih dengan baik. Apapun risikonya, bila sudah memilih maka tugas rakyat itu sudah selesai. Bila kemudian masih ada yang ribut, ada yang tidak menerima hasilnya hingga kini. Itu soal lain. Karena mereja tidak tahu arti "memilih". Mereka lupa, tiap pilihan itu ada konsekuesnisnya, ada risikonya. Lalu, kenapa jadi berisik atas pilihannya sendiri?

Literasi itu pilihan. Membaca pun pilihan. Menerima realitas juga pilihan. Bukan kepasrahan. Maka apa pun bila sudah dipilih, harus ada kesediaan hati untuk menjalaninya. Ikhtiar yang baik dan menjalankan pilihan dengan cara terbaik. Mau baik atau buruk dalam hidup pun sebuah pilihan. Maka jangan pernah menyalahkan keadaan apalagi orang lain atas setiap langkah pilihan kita.

Bila taman bacaan sudah dipilih. Membaca sudah jadi pilihan.

Maka ambillah tiap risiko yang terjadi. Jangan ragu untuk menjalaninya. Tidak usah peduli atas apa yang dikatakan orang lain. Ketahuilah, musuh terbesar "orang yang berbuat" adalah "orang tukang ngomong" yang tidak pernah dilakukannya.

Saat ditanya, semua orang pasti ingin bahagia. Tapi sayang, mereka lupa bahagia juga pilihan.Mau jadi orang yang bermanfaat atau berdiam diri pun sebuah pilihan. Seperti Tuhan sering kali memilihkan "jalan hidup" yang tidak sesuai dengan harapan kita. Tapi belakangan kita baru tahu. Bahwa pilihan-Nya itulah yang terbaik untuk kita. Pilihan yang pas dan pantas untuk kita. Salam literasi #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun