Mereka berpikir hanya untuk mengatur ulang prasangka buruk. Hingga lupa, bahwa opini yang dibangun berdasar prasangka tanpa fakta. Adalah awal dari berakhirnya sebuah kebenaran.
Sungguh, tidak ada peradaban baik yang dibangun dari prasangka buruk. Di mana pun, pada siapa pun. Â Karena peradaban baik bukan soal untung rugi. Bukan pula soal sepaham atau tidak sepaham. Peradaban baik itu hanya soal spirit, soal moralitas. Soal sikap yang mampu "dituangkan" ke secangkir perilaku.
Harus diakui, memang susah berpikir objektif. Memang sulit membuang prasangka buruk.
Tapi itu bukan berarti siapapun tidak boleh jadi orang baik. Karena orang baik, memang tidak harus sempurna di mata siapa pun. Tapi orang baik tidak boleh berhenti mencari cara untuk memperbaiki diri. Karena orang baik itu seperti senja. Tidak pernah berduka walau menunggu waktu untuk tenggelam. Tidak pernah berteriak dan meminta tolong walau hendak "menghilang".
Maka jauhi prasangka buruk. Mulailah berprasangka baik bila mau peradaban jadi baik. Karena prasangka baik bukan dilihat dari kerasnya kita membaca kitab suci. Tapi dari konsistennya kita menjalankan apa yang kita baca.Â
Siapa pun, tidak perlu jadi presiden atau gubernur. Bahkan tidak usah pula jadi pahlwan. Tapi cukup jadi manusia yang siap "berperang" melawan prasangka buruk sekecil apapun. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KampanyeLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H