Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Covid-19 Tembus 1 Juta, Sikap Lebih Penting daripada Fakta

27 Januari 2021   22:55 Diperbarui: 27 Januari 2021   23:00 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Karena sikap pula, siapapun akan tetap apa adanya. Bukam ada apanya. Sikap itulah yang menentukan seseorang tetap jadi dirinya sendiri. Bukan malah ingin menjadi seperti orang lain. Atau membandingkan dirinya dengan keadaan orang lain.

 Sekali lagi, sikap itu lebih penting daripada fakta.

Karena sikap, apapun yang ada bisa jadi lebih baik atau bisa lebih hancur. Sikap itulah yang akan "membaikkan" atau malah "menghancurkan". Karena SIKAP adalah sebuah perbuatan kecil yang mampu menghasilkan perbedaan yang besar. Karena pada akhirnya, sikap pula yang membedakan antara petarung dengan pecundang. Bersikap optimis sekalipun dalam keadaan sulit. Bersikap lurus di kala banyak orang lain bengkok.

Adalah fakta hari ini. Semua orang pasti ingin meraih SURGA. Tapi, apakah mereka sudah bersikap seperti orang-orang Surga? Faktanya ingin surga. Tapi sikap dan perilakunya bertentangan denan surga. Bagaimana bisa begitu?

Maka sikap lebih penting daripada fakta.

Karena sejatinya, SURGA itu bukan hanya TEMPAT. Tapi hasil dari serangkaian SIKAP. Maka benahi sikap kita. Karena sikap selalu bersemayam pada hati nurani dan pikiran yang seimbang. Sikap yang obhektif, bukan yang subjektif ...

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun