Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mimpi Anak Taman Bacaan agar Tidak Putus Sekolah

9 Januari 2021   11:07 Diperbarui: 9 Januari 2021   11:11 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiap anak, di mana pun, berhak sekolah lanjut. Agar punya kehidupan dan masa depan lebih baik. Tapi sayangnya, tidak semua anak beruntung. Tidak semua bisa lanjut sekolah walau hingga SMA. Akibat teror kemiskinan dan tidak adanya sentuhan kesadaran belajar, jadi sebab angka putus sekolah tinggi. 

Sebut saja di daerah TBM Lentera Pustaka. Tepatnya di Desa Sukaluyu Kecamatan Tamansari Kab. Bogor. Faktanya, tingkat pendidikan masyarakat 81% hanya SD dan 9% SMP. Sekolah negeri memang gratis. Tapi biaya pendidikan lainnya masih jadi kendala. Maka, potensi putus sekolah pun masih tetap besar.

Lalu, apa yang bisa dilakukan?

Terus berjuang untuk menekan angka putus sekolah. Karena itu, TBM Lentera Pustaka hadir untuk mengubah mind set anak-anak melalui buku bacaan. Sambil mengajarkan akan arti penting sekolah, belajar, dan meriah masa depan yang lebih baik. Bukan masa depan yang mudah. Secara perlahan, TBM Lentera Pustaka sedang membangun peradaban baru. Agar anak-anak terbiasa membaca buku, mau tetap sekolah apapun kondisinya, dan optimis terhadap masa depan mereka sendiri.

Di video ini, 110 anak pembaca aktif yang terancam putus sekolah tengah merangkai "pohon mimpi". Anak-anak dari 3 desa yang berbeda rajin membaca ke taman bacaan. Di pohon mimpi, mereka menulis mau jadi apa di tahun baru, di masa depan? Sebuah, latihan kecil untuk menuliskan cita-cita sebagai "guideline" mereka. Akan pentingnya sekolah, pentingnya punya masa depan. Walau di luar sana, masih ada ratusan anak lagi yang belum membaca. 


 

Dan kini, mereka sudah terbiasa membaca 5-8 buku per minggu. Dengan koleksi 6.500 buku di TBM Lentera Pustaka, mereka terbiasa membaca buku 3 kali seminggu bahkan meminjam untuk dibaca di rumah. Padahal 4 tahun lalu, mereka sama sekali tidak punya akses membaca buku. Bersama mereka pula, ada 11 ibu-ibu buta aksara yang belajar di program GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dan 11 anak yatim binaan agar tetap terus sekolah.

Karenanya ikhtiar baik harus terus dilakukan. Sekalipun di taman bacaan, anak-anak harus berani bermimpi.  Agar mereka bisa bermimpi untuk masa depan yang lebih baik daripada kita-kita. Masa depan memang tidak pasti. Tapi optimisme pada setiap anak harus pasti. Selamat membaca buku dan salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PegiatLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun