Kenapa seorang pekerja perlu mempersiapkan masa pensiunnya? Karena tidak satupun pekerja yang akan bekerja terus-menerus. Cepat atau lambat, siapapun pasti akan tiba di masa pensiun.
Tidak ada seorang pun yang bekerja seumur hidup. Maka sadar pensiun merupakan perencanaan hari tua atau masa pensiun yang harus dimiliki perkerja. Umumnya, pekerja memasuki pensiun di usia 55 tahun. Maka bekerja seberapa lama pun, tidak ada jaminan seorang pekerja akan sejahtera di masa pensiun.
Adalah fakta, banyak pekerja tidak sadar pensiun. Mereka yang saat masih bekerja tidak mempersiapkan masa pensiunnya. Lalu terkaget-kaget saat masa pensiun tiba. Katanya, belum lama bekerja kok sudah pensiun saja. Maka wajar, hasil survei menyebut 9 dari 10 pekerja di Indonesia sama sekali tidak siap untuk pensiun.
Konsekuensinya kini, 7 dari 10 pensiunan di Indonesia mengalam masalah keuangan. Pensiunan yang tidak mampu menikmati hari tuanya, Hingga akhirnya "terpaksa" tetap bekerja lagi. Atau harus bergantung kepada anak-anaknya. Masa pensiun yang sulit dan tidak bisa dihindari lagi. Akibat tidak sadar masa pensiun dan tidak mau mempersiapkannya saat masih bekerja. Sayang, bila semuanya nanti sudah terlambat.
Cita-citanya, adalah ingin jalan-jalan dan liburan saat pensiun. Atau menikmati hari tua sambil menulis buku dan sesekali menggendong cucu. Tentu, sulit jadi kenyataan.
Bila seorang pekerja tidak sadar akan pentingnya masa pensiun. Tidak peduli pada hari tua. Dan hanya berorientasi pada masa bekerja semata. Maka pensiun sejahtera pun jadi "jauh panggang dari api".
Sejahtera di masa pensiun yang hanya sebatas "dambaan" tanpa bisa jadi "kenyataan". Semua itu terjadi karena pekerja tidak mau mempersiapkan masa pensiun dengan baik. Kebanyakan dari pekerja tidak mempersiapkan "apa yang harus dilakukan" untuk meraih masa pensiun yang sejahtera.
Baca: Kerja Puluhan Tahun tapi Tidak Siap Pensiun, Kenapa?
Bersiap untuk pensiun adalah sebuah kecerdasan emosional. Bukan semata-mata materi atau intelektual. Dalam emotional intelligence "why it can matter more than IQ" ditegaskan bahwa, "Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik lebih cenderung menjadi puas dan efektif dalam hidup.
Mereka mampu menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka sendiri. Namun tanpa emosional yang dikendalikan, mereka akan mengalami pertempuran batin yang melemahkan kemampuan mereka dalam bekerja dan kesadaran yang jernih."