Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tingkat Literasi Masyarakat Indonesia Rendah, Inilah 6 Dampaknya

27 November 2020   12:46 Diperbarui: 27 April 2021   19:33 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tingkat literasi masyarakat Indonesia (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

4. Kemiskinan yang tidak terobati bahkan makin meluas.

5. Kriminalitas dan premanisme yang meninggi jadi sebab tidak tertib masyarakat.

6. Sikap bijak yang gagal menyeleksi setiap informasi dan perilaku berkomunikasi yang emosional dan penuh sentimen.

Maka sebagai solusi, pemerintah atau masyarakat harus memberi ruang lebih besar kepada taman bacaan masyarakat (TBM).  Perlu dibuka taman bacaan yang lebih banyak. Harus ad akepedulian terhadap aktivitas membaca dan Gerakan literasi yang ada di taman bacaan. Taman bacaan adalah ujung tombak untuk mengkampanyekan tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak dan masyarakat. Apalagi di tengah gempuran era digital.

"Terus terang, tradisi baca dan budaya literasi masyarakat Indonesia makin ke sini makin memprihatinkan. Zaman makin canggih tapi orangnya makin jauh dari buku bacaan. Hoaks makin marak. Jadi bukti tingkat literasi kita rendah. Untuk itu, taman bacaan masyarakat harus diberi peran lebih besar. Untuk menghidupkan tradisi baca dan budaya menulis. Jangan biarkan gawai merampas hidup anak-anak kita. Siapapun harus peduli terhadap gerakan literasi" ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor.

TBM Lentera Pustaka yang terletak di kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kab. Bogor data ini memiliki 70-an anak pembaca aktif yang terancam putus sekolah akibat kemiskinan. Dengan alokasi waktu membaca 3 kali seminggu (Rabu-Jumat-Minggu), kini tiap anak mampu membaca 5-8 buku per minggu per anak. 

Padahal sebelumnya, anak-anak itu sama sekali tidak punya akses buku bacaan. Berbekal koleksi lebih dari 3.800 buku, TBM Lentera Pustaka bertekad terus menggalakkan tradisi baca dan budaya literasi pada anak-anak dan masyarakat. Selain aktivitas taman bacaan, TBM Lentera Pustaka pun memiliki program GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 11 ibu-ibu buta huruf, di samping membina 10 anak yatim sebagai binaan agar tetap bisa melanjutkan sekolah.

Jadi apapun kondisinya. Tradisi baca dan budaya literasi harus tetap tegak di bumi Indonesia. Apapun masalah yang dihadapi bangsa hari ini, intinya bertumpu pada masalah literasi. Karena itu, siapapun harus ikut peduli mengatasi masalah literasi di Indonesia. Salam literasi #TamanBacaan #LiterasiMasyarakat #TBMLenteraPustaka

Meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi (Sumber: Taman Bacaan Lentera Pustaka)
Meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi (Sumber: Taman Bacaan Lentera Pustaka)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun