Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Filosofi Masker, Kenapa Anda Terpaksa Pakai Masker?

11 November 2020   21:01 Diperbarui: 11 November 2020   21:10 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi musim Covid-19, salah satu barang yang paling sering dicari dan dirazia adalah masker. Apalagi sekarang, masker wajib dipakai di mana pun. Karena menurut orang pintar, memakai masker dapat mencegak penularan Covid-19. Selain rajin cuci tangan dan menjaga jarak tentunya.

Dulu, masker biasa dipakai sama orang sakit. Tapi sekarang, justru orang-orang sehat yang pakai masker. Sementara yang sakit, mungkin sudah bukan masker lagi. Sedih banget. Lagi musim begini, masker sudah menjadi semacam "kebutuhan pokok". Siapa saja dan di mana saja harus pakai masker. Mau outdoor atau indoor, intinya jangan lupa pakai masker.

Dulu, terlihat aneh bila ada orang pakai masker saat aktivitas. Ehh sekarang, justru aneh jika tidak pakai masker saat aktivitas. Karena semua pakai masker. Di kantor-kantor, di tempat belanja, di jalan-jalan, dan dimana pun semua pakai masker. Sekalipun ada yang terpaksa, ada pula yang ikhlas.

Orang ganteng pakai masker, orang cantik pakai masker. Orang berpendidikan pakai masker, orang pasar juga pakai masker. Orang gedongan pakai masker, orang pinggiran pun pakai masker. Orang kota pakai masker, orang kampung pun pakai masker. Bukti, bahwa masker bukan hanya penting tapi bermanfaat.

Ada yang bilang masker itu cuma aksesoris. Ada juga yang bilang masker bakal jadi gaya hidup. Ahh, tentu boleh-boleh saja. Asalkan tidak lupa. Bahwa masker itu juga "media latihan" untuk jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik banyak bertindak. Latihan tutup mulut. Makanya masker pakainya di mulut. Bukan di dagu, apalagi di mata. Jangan di dagu atau di mata ya. Itulah filosofi masker.

Jadi jangan lupa pakai masker. Karena masker ibarat "bayi ngompol di celana". Setiap orang bisa melihatnya. Tapi hanya yang pakai masker yang bisa merasakan kehangatannya. Insya Allah, kita akan terbiasa dan merasa enjoy saat pakai masker .... @Alhamdulillah, ada orang baik yang buatkan masker berlogo TBM Lentera Pustaka. Khusus buta cenderamata "tamu istimewa" ... salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PakaiMasker

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun