"Kegiatan membaca buku dan melek huruf di TBM Lentera Pustaka sudah berjalan 3 tahun ini. Saya pun setiap week end datang khusus dari Jakarta untuk menemani anak-anak membaca di Minggu pagi dan mengajar ibu-ibu buta huruf di Minggu siang. Maka aktivitas literasi harus dilakukan dengan sepenuh hati dan konsisten. Ini semua saya lakukan sebagai warisan untuk umat, agar masyarakat di Desa Sukaluyu ini lebih berdaya" ujar Syarifudin Yunus saat diwawancarai CNN TV.
Crew CNN TV pun menyaksikan langsung, sekitar 60 anak pembaca aktif datang ke TBM Lentera Pustaka dengan memakai masker dan duduk berjarak. Sambil membaca buku dan memegang celengan kaleng sebagai bagian literasi finansial. Karena memang setiap hari Minggu, anak-anak TBM Lentera Pustaka diajarkan untuk menabung.
Selain terbiasa menjalakan "ritual" senam literasi, salam literasi, dan doa lietrasi, anak-anak TBM Lentera Pustaka pun dibiasaka membaca secara bersuara atau membaca nyaring. Untuk melatih vokal dan konsentrasi saat membaca.
Berbekal koleksi lebih dari 3.800 buku bacaan dan menerapkan model "TBM Edutainment", TBM Lentera Pustaka hadir di Desa Sukaluyu sejak tiga tahun lalu untuk menekan angka putus sekolah. Karena faktanya di wilayah ini, 81% tingkat pendidikan masyarakatnya sebatas SD dan 9% SMP.
Maka cara yang dipilih agar tidak ada anak putus sekolah harus mengubah mind set atau cara pandangnya melalui buku bacaan, sekaligus membangun kesadaran orang tua akan pentingnya sekolah atau pendidikan. Dan alhamdulillah hingga kini, tidak ada anak-anak TBM Lentera Pustaka yang putus sekolah.
"Tujuan besar saya adalah jangan ada lagi anak putus sekolah. Maka untuk tetap sekolah, saya memilih mengubah mind set anak melalui buku-buku bacaan. Itulah alasan berdirinya TBM Lentera Pustaka. Karena putus sekolah adalah sumber kemiskinan, kebodohan, bahkan narkoba dan pernikahan dini" tamabh Syarifudin Yunus yang juga kandidat doctor taman bacaan dari S3 Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak.
Karena itu, Syarifudin Yunus menyampaikan harapan agar pemerintah daerah memberi perhatian yang lebih besar atas keberadaan dan eksistensi taman bacaan. Pendidikan itu bukan hanya formal saja di sekolah. Tapi ada pendidikan masyarakat yang sifatnya informal dan nonformal seperti taman bacaan.
Maka pemerintah harus peduli, siapapun harus peduli kepada taman bacaan. Caranya pedulinya adalah temani dan perhatikan aktivitas di taman bacaan. Karena taman bacaan memang bukan "panggung' untuk mencari popularitas.
Maka liputan CNN TV ke TBM Lentera Pustaka dalam rangka Hari Aksara Internasioanl tahun 2020 pun patut diacungi jempol. Sebagai wujud kepedulian media televisi dalam mengangkat realitas dan problematika geliat baca dan melek huruf yangterjadi di masyarakat Indonesia, yang selama ini tidak terperhatikan.
Karena sungguh, huruf A dan kata-kata indah sama sekali tidak bermakna. Ketika masih ada anak-anak yang terancam putus sekolah dan ibu-ibu yang masih buta huruf. Salam Aksara ! #TBMLenteraPustaka #GeberBura #TamanBacaan #BudayaLiterasi