Ngopi bareng itu hanya simbol.
Agar manusia tidak perlu terlalu ngotot untuk berkuasa, tidak perlu terlalu benci untuk memusuhi. Tidak usah terlalu cinta bila akhirnya kecewa. Tidak usah pula terlalu bangga bila akhirnya duka. Jadi, hadapi saja semua dengan rileks. Tidak usah terlalu serius, karena sebaik-baik manusia itu pada akhirnya ... saat dia tiada.
Kaum ngopi bareng itu sederhana. Sederhana dalam bersikap dan bertindak.
Tidak usah terlalu ngotot mengejar dunia bila membuat lupa akhirat. Tidak perlu membanggakan disik bila batinnya rapuh Tidak perlu pula membanggakan diri bila manfaatnya tiada. Karena harta, pangkat, jabatan dan apapun hanya titipan. Jangan pula menyebut diri kita baik sambil menjelekkan orang lain. Jangan mau menguasai tanpa mau dikuasai. Itu semua salah.
Ngopi bareng. Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?
Karena kopi itu bisa pahit bisa manis. Seperti hidup manusia, selalu ada di dua kutub; baik atau buruk. Suka atau tidak. Senang atau benci. Tapi pada secangkir kopi, pahit dan manis itu selalu bisa "menyatu", bisa tetap bersahabat lalu memberi kehangatan. Hebatnya lagi, tidak ada secangkir kopi di manapun yang memabukkan. Apalagi saat ngopi bareng.
Mereka yang gemar "ngopi bareng" selalu apa adanya, bicara yang seharusnya. Kaum ngopi bareng tidak bisa merekayasa apapun. Bahkan tidak bisa berkamuflase. Saat ngopi bareng, pikiran boleh berseberangan, sikap boleh bertentangan. Tapi saat ngopi bareng pasti ada kehangatan, ada persahabatan. Homo homini socius, bukan homo homini lupus.
Jadi, ngopi barenglah dulu.
Agar pikiran kamu yang banyak itu tercerahkan. Agar nyeri di kepala kamu reda. Agar himpitan pusing itu pergi. Dan agar kamu tetap berpikir sebagai sosok yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Hanya Allah SWT yang maha penguasa maha besar.
Karena ngopi bareng memang sumber semangat paling mumpuni.
Sambil mengingatkan. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan? #NgopiBareng #FilosofiKopi #TuanGuruSyarif