Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Peduli Omongan Orang Lain

4 September 2020   08:32 Diperbarui: 4 September 2020   08:31 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Geberbura TBM Lentera Pustaka

Hari gini, masih banyak orang-orang yang sudi membuang waktu. Buang energi untuk hal-hal yang tidak perlu. Tidak produktif lagi berbuat yang sia-sia. Bahkan tidak sedikit pula di zaman ini. Orang-orang yang sibuk mencari kesalahan orang lain. Mempertontonkan kebencian, menebar permusuhan. Sambil menyatakan bahwa dirinya adalah orang baik. Itu nyata dan terjadi di dekat kita.

Faktanya, banyak orang pula yang menyatakan. Lebih cinta kepada dirinya daripada orang lain. Tapi sayang, mereka justru lebih peduli pada pikiran orang lain daripada pikirannya sendiri. Lebih peduli pada perkataan orang lain daripada perkataannya sendiri. Cinta pada diri sendiri tapi tidak peduli pada diri sendiri. Itu fakta dan terjadi di dekat kita.

Maka jelas hari ini. Masih banyak orang yang sudi menghabiskan waktu dan energi untuk memikirkan apa yang dikatakan orang lain. Sementara pikiran dan perkataan dirinya sendiri tidak dipedulikan.

Jangan buang energi untuk yang tidak perlu.

Ajaran itulah yang saya katakan kepada ibu-ibu buta hurud yag tergabung dalam GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor. Ada 12 ibu-ibu yang sudah tidak muda lagi masih tetap semangat belajar baca-tulis. Karena selama ini mereka tidak bisa baca dan tulis. Ada niat untuk belajar tapi tidak ada yang mau mengajarkan. Dan di saat yang sama pun, tidak sedikit orang yang mencibir kaum ibu-ibu yang buta aksara. Katanya, "untuk apa sudah tua baru belajar baca dna tulis?".

Maka saya katakan kepada ibu-ibu buta huruf, murid-murid saya.

Bu, ketahuilah di luar sana. Masih banyak orang yang menghabiskan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat. Mereka terlalu peduli pada urusan orang lain, ngomongin orang lain. Sementara mereka tidak mampu berbuat apapun. Banyak bicara tapi tidak lakukan apapun. Lalu ingin mendapat tepuk tangan orang lain. Aneh.

Maka Ibu, saya datang dari Jakarta seminggu sekali. Untuk mengajar ibu-ibu agar terbebas dari belenggu buta huruf. Agar ibu lebih dihargai anak-anak ibu. Agar ibu tidak dibodohi orang lain. Agar ibu bisa baca dan tulis pesan-pesan Allah SWT dalam hidup. Begitu pula dengan 60 anak-anak pembaca aktif yang selalu membaca 3 kali seminggu. Anak-anak yang terancam putus sekolah. Maka semoga dengan buku bacaan, mereka selalu semangat untuk sekolah. Dan tidak putus sekolah. Bahkan ada 12 anak-anak yatim yang harus tetap terperhatikan dan tetap bisa sekolah. Apapaun keadaannya. Itu semua saya jalankan di TBM Lentera Pustaka.

Apakah aktivitas sosial itu lancar-lancar saja?

Sama sekali tidak Bu. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) pun tidak luput dari omongan orang. Bahkan tidak sedikit yang benci dan berprasangka buruk kepada TBM. Entah, apa yang ada di pikiran mereka. Maka biarlah dan tetap bersabar saja. Seperti ibu-ibu belajar baca dan tulis pun butuh kesabaran. Atas alasan apapun untuk bersabar.

Belajar baca tulis. Belajar apapun harus ada interaksi. Ada yang belajar, ada yang mengajar. Begitulah seharusnya. Maka tradisi baca atau gerakan literasi apapun, harus turun langsung ke lapangan. Literasi sama sekali tidak bisa dibahas di belakang meja. Atau dirumuskan melalui seminar dan diskusi yang keren. Tapi tanpa aksi nyata. Literasi adalah perbuatan, bukan sekadar pemikiran atau perkataan.

Maka ibu-ibu, Selagi ibu-ibu masih mau belajar. Selagi saya masih mau mengajar. Lalu, mengapa kita harus peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain?

Biarkan orang lain mau omong apa tentang kita. Karena dalam hidup, ada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Tapi pastinya, lebih banyak hal-hal yang di luar kendali kita. Kita sama sekali tidak bisa mengontrol pikiran dan perkataan orang lain.

Jadi Bu, tetaplah belajar sepenuh hati. Jangan buang waktu untuk yang tidak perlu. Jangan berharap tepukan tangan orang lain. Hiduplah dengan cara-cara yang baik. Karena apa yang dipikirkan orang lain adalah bukan urusan kita. Paham Bu?

Mari kita lanjutkan Bu ... b-a = ba c-a = ca .... Baca #TBMLenteraPustaka #GeberBura #PegiatLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun