Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Muharram = Hijrah

20 Agustus 2020   09:25 Diperbarui: 20 Agustus 2020   09:25 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Geberbura Lentera Pustaka

"Semoga tahun ini kita menjadi lebih baik". Begitulah doa yang dilantunkan banyak orang dalam memperingati 1 Muharram 1442 H. Di grup WA, di facebook atau di media sosial lainnya. Seraya kita menjawab, "amiin". 

Menjadi lebih baik, itu berarti siapapun yang berdoa. Pasti merasa tahun sebelumnya belum baik atau kurang baik. Atau sudah baik tapi belum optimal, maka ingin lebih baik lagi. Kira-kira begitu. Karena ada niat dan tekad, untuk menjadikan tahun ini lebih baik. Dari keadaan yang sepenuhnya belum baik menjadi lebih baik lagi.

Betul begitu kan? Nah itu berarti, banyak orang pun memaknai 1 Muharram sebagai hijrah. Hijrah yang berarti 'meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat'. Kata anak zaman now, "move on".  Hijrah atau move on ada berbagai sisi kehidupan yang diniatkan untuk lebih baik. Sampai di sini sepakat ya.

Maka bolehlah disebut, muharram itu hijrah.

Hijrah dari suatu keadaan sekarang ke keadaan lain yang lebih baik. Tapi soalnya, tidak sedikit orang yang memaknai hijrah hanya sebatas lahir butan batin, sebatas fisik bukan nonfisik. Maka betapa banyak perubahan lahir yang diuber banyak orang. Tapi tidak berpengaruh terhadap batinnya. 

Ada yang makin pintar karena sekolahnya tinggi. Ada pula yang makin kaya karena kariernya maju.  Ada pula yang makin tampan. Tapi sayang, hanya sebatas fisik. Tapi batinnya tetap kosong, batin yang tidak bersyukur. Bahkan batin yang gersang. 

Seperti di wabah Covid-19 sekarang. Makin banyak orang OTG (Orang Tanpa Gejala). Artinya, fisiknya sehat namun ternyata sakit. Wajahnya ceria namun hatinya duka. Kata-katanya indah, namun perbuatannya tidak indah. Begitulah realitasnya. Semua itu berarti, belum ada hijrah.

Urusan lahir atau fisik itu sangat mudah diukur. Cukup menggunakan mata. Saat lihat indah, begitulah kesan yang timbul. Seperti kata Imam Ghazali, penyakit lahir atau fisik itu banyak pakarnya. Sakit cancer ada dokternya, sakit kulit ada dokternya, sakit jantung pun ada dokter jantung. 

Tapi penyakit batin, sama sekali belum ada dokternya. Di jalan-jalan di rumah sakit di klinik, tidak ada dokter penyakit sombong. Tidak ada dokter penyakit dengki. Atau kita ingin berobat ke dokter penyakit benci? Sama sekali tidak ada.

Hijrah itu bukan soal lahir. Tapi batin. Lahir dan batin bersinergi untuk lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun