Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pegiat Literasi dari Bogor, Kandidat Doktor Taman Bacaan

18 Agustus 2020   07:21 Diperbarui: 18 Agustus 2020   07:20 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pria yang sudah menulis 32 buku ini sangat yakin. Bahwa tradisi baca dapat menyelamatkan anak-anak Indonesia di masa depan. Bukan hanya karena pengetahuan yang bertambah, tapi membaca bisa menanamkan karakter dan nilai kearifan lokal yang kian langka di era digital sekarang. 

Hingga suatu saat, akan tercipta masyarakat Indonesia yang literat. Saking cintanya kepada taman bacaan dan gerakan literasi, Syarif pun kini menjadi kandidat Doktor Taman Bacaan di Indonesia dan sedang menyelesaikan disertasi berjudul "Peningkatan Tata Kelola Taman Bacaan Melalui Model TBM Edutainment Sebagai Layanan Dasar Pendidikan Nonformal pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Di Kabupaten Bogor" dari Prodi S3 Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak). 

Kenapa doktor taman bacaan? Karena Syarif bukan hanya mahasiswa S3 yang harus meneliti taman bacan sebagai disertasinya. Tapi ia sekaligus pengelola taman bacaan dan pegiat literasi yang "terjun langsung" ke lapangan dalam tiga tahun terakhir ini; Memadukan teori dan praktik tata kelola taman bacaan.

"Saya yakin, budaya literasi masyarakat hanya bisa dimulai dari tradisi membaca dan menulis. Dan itu bisa dilakukan di taman bacaan. Maka taman bacaan harus dikelola dengan asyik dan menyenangkan. Agar tetap matu suri dan tetap diminati anak-anak. Bahkan taman bacaan bisa jadi warisan yang kita tinggalkan untuk umat. Maka pedulilah pada taman bacaan" ujar Syarif, kandidat Doktor Taman Bacaan dari Bogor.

Sumber: DAAI TV
Sumber: DAAI TV

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun