Pria yang sudah menulis 32 buku ini sangat yakin. Bahwa tradisi baca dapat menyelamatkan anak-anak Indonesia di masa depan. Bukan hanya karena pengetahuan yang bertambah, tapi membaca bisa menanamkan karakter dan nilai kearifan lokal yang kian langka di era digital sekarang.Â
Hingga suatu saat, akan tercipta masyarakat Indonesia yang literat. Saking cintanya kepada taman bacaan dan gerakan literasi, Syarif pun kini menjadi kandidat Doktor Taman Bacaan di Indonesia dan sedang menyelesaikan disertasi berjudul "Peningkatan Tata Kelola Taman Bacaan Melalui Model TBM Edutainment Sebagai Layanan Dasar Pendidikan Nonformal pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Di Kabupaten Bogor" dari Prodi S3 Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak).Â
Kenapa doktor taman bacaan? Karena Syarif bukan hanya mahasiswa S3 yang harus meneliti taman bacan sebagai disertasinya. Tapi ia sekaligus pengelola taman bacaan dan pegiat literasi yang "terjun langsung" ke lapangan dalam tiga tahun terakhir ini; Memadukan teori dan praktik tata kelola taman bacaan.
"Saya yakin, budaya literasi masyarakat hanya bisa dimulai dari tradisi membaca dan menulis. Dan itu bisa dilakukan di taman bacaan. Maka taman bacaan harus dikelola dengan asyik dan menyenangkan. Agar tetap matu suri dan tetap diminati anak-anak. Bahkan taman bacaan bisa jadi warisan yang kita tinggalkan untuk umat. Maka pedulilah pada taman bacaan" ujar Syarif, kandidat Doktor Taman Bacaan dari Bogor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H