Apakah TBM Lentera Pustaka puas dengan raihan jumlah anak pembaca baru tersebut?
Tentu, tidak sama sekali. Jangan pernah puas dalam membangun tradisi baca dan budaya literasi di anak-anak Indonesia. Karena semua berproses dan berdinamika sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat di mana taman bacaan berada. Justru, mengukur pertambahan jumlah anak pembaca baru harus menjadi salah satu alat evaluasi.
“Bukan puas, tapi TBM Lentera Pustaka harus bisa mengukur eksistensinya di masyarakat. Tiap tahun bertambah 12 anak pembaca baru menjadi sinyal bahwa tata kelola dan program yang kami jalankan sudah tepat. Model TBM Edutainment berarti cocok untuk taman bacaan. Itulah kinerja yang harus dipertahankan. Demi tegaknya tradisi baca anak-anak” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka di Bogor (9/7)
Patut diketahui, dengan koleksi lebih dari 3.500 buku bacaan, saat ini setiap anak di TBM Lentera Pustaka mampu membaca 5-8 buku per minggu. Sementara jam baca hanya berlangsung seminggu 3 kali (Rabu-Jumat-Minggu). Di tahun 2020 ini, TBM Lentera Pustaka disponsori oleh 1) Asuransi Jiwa Tugu Mandiiri, 2) Asosiasi DPLK, dan 3) Bank Sinarmas. Ukuran kinerja ini pula yang dijadikan laporan kemajuan taman bacaan kepada korporasi yang menjadi sponsor CSR-nya.
Kinerja taman bacaan pun menjadi pesan penting bagi pegiat literasi dan pengelola taman bacaan lainnya. Untuk terus berjuang dan mencari cara yang pas dalam mengembangkan tata kelola taman bacaannya. Agar taman bacaan bisa menjadi tempat yang asyik dan menyenangkan anak-anak, bukan hanya sebatas tempat membaca. Jangan karena bersifat sosial atau pengabdian, lalu mengabaikan tata kelola yang profesional. Sebagai lembaga pendidikan nonformal yang tidak mengikat, justru pengelola taman bacaan harus kreatif dalam “mencari jalan” agar tetap diminati anak-anak, apalagi di tengah gempuran era digital.
Oleh karena itu, pengelola taman bacaan pun harus lebih sabar daam berjuang. Sabar tentu bukan menerima apa adanya atau tidak bergeral. Tapi sabar dalam mengelola taman bacaan agar lebih baik dari tahun ke tahun. Sungguh mengelola taman bacaan tidak mudah bahkan banyak kendalanya. Pada awalnya pun, TBM Lentera Pustaka menghadapi orang-orang yang apatis bahkan berprasangka buruk. Bahkan kini pun masih ada orang tua yang tidak membolehkan anaknya ke taman bacaan. Tapi itu semua jangan bikin hati kecil. Jalankan saja taman bacaan dengan penuh kesabaran dan komitmen pengelola yang tinggi. Agar taman bacaan bisa menjadi “arena positif” bagi anak-anak usia sekolah di kampung-kampung.
Maka bersabarlah dalam mengelola taman bacaan. Seperti kata Ali bin Abi Thalib, “kesabaran itu ada dua macam; 1) sabar dalam menghadapi sesuatu yang tidak diinginkan dan 2) sabar dalam menahan diri dari sesuatu yang diinginkan. Maju terus taman bacaan di Indonesia. #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KinerjaTamanBacaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H