Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nakal Bukan Berarti Binal, Kisah Masa SMA

4 Juli 2020   08:47 Diperbarui: 4 Juli 2020   08:45 1610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak SMA (Sumber: Pribadi)

Zaman SMA tahun 1989 juga ada geng-geng-an. Kelompok-kelompok siswa sesuai hobi dan komunitasnya. Ada yang OSIS, ada yang PMR, ada yang PASA, ada pula Rohis. Bahkan ada geng sesuai aliran music, seperti Rap gaya Iwa K, Beatles atau Genesis. Ada juga geng tukang mabok, geng judi kapur, dan geng basket. Tapi yang pasti, di antara mereka, sedikit sekali yang gemar membaca buku. Bila ada pun, paling bacaannya Lupus atau nulis "diary" tiap malamakibat  terpengaruh salah satu radio zaman itu. Tontonan TV paling favorot ya "Dunia Dalam Berita" atau dengerin radio lakon "Catatan Si Boy". Boro-boro punya ponsel. Giliran mau telepon, paling banter modal koin terus nyari "telepon umum" di pinggir jalan berkotak biru. Sehabis telepon pun, mesin telpon-nya dipukulin, digedor-gedor. Biar uang logamnya bisa keluar lagi. Agak criminal perilakunya ya.

Jadi simpulannya, masa-masa di SMA itu nakal bukan berarti binal. Utamanya, Angkatan 89 SMAN 30 Jakarta. Anak-anak yang jajannya di lontong sayur Sugeng, atau si Pak Kue jangkung, atau ketoprak yang di pojokan kantin.

Maaf nih. Akhirnya saya pun terbatas "daya ingat" untuk memanggil memori masa SMA. Saking nakalnya jadi gampang lupa. Terlalu banyak kenangan yang sulit untuk dilupakan. Apalagi urusan cewek. Terlalu banyak di-demenin tapi gak kesampaian. Memang benar kata orang, masa SMA itu masa yang paling indah. Pantas, ada film-nya "Gita Cinta Dari SMA". Tapi satu hal yang pasti. Sangku sekolah SMA itulah yang jadi momen siapapun "menemukan" jati dirinya. Masa SMA itu masa penting introspeksi diri. Jadi tahu mana yang boleh dan tidak boleh, mana yang baik dan tidak baik. Untuk siapapun, alumni SMAN 30 Jakarta.

Tentu, tulisan ini hanya sejarah. Tidak lebih tidak kurang. Agar tetap mampu "menengok sedikit" ke masa lalu. Dan tetap fokus "menatap lebar" ke masa depan. Seperti kata Pak Soekarno, "JAngan Sekali-kali MElupakan sejaRAH -- JAS MERAH".

Biar bagaimana pun, SMAN 30 Jakart itu punya pemerintah. Sekolah negeri yang biayanya dari pemerintah. Maka tetaplah mencintai bangsa Indoenesi, apapun keadaannya. Sebagai wujud tanggung jawab sosial kita bersama. Karena kita adala adalah HOMO HOMINI SOCIUS, manusia adalah kawan bagi sesama. Bukan HOMO HOMINI LUPUS, manusia adalah serigala bagi sesama.

Ketahuilah, kebersamaan dan perpisahan itu memang dua hal yang saling bertolak belakang. Tapi kedua-duanya dibutuhkan, agar tetap mau saling mendukung satu sama lainnya. Salam ILUNI 30. Nakal itu bukan berarti binal ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun