Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suara Ibu Buta Huruf di Kejauhan: Tolong Ajari Saya

25 Juni 2020   21:10 Diperbarui: 25 Juni 2020   21:18 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: GeberBura TBM Lentera Pustaka

Sumber: GeberBura TBM Lentera Pustaka
Sumber: GeberBura TBM Lentera Pustaka
Itulah fakta. Tentang Bu Euis dan 11 ibu lainnya yang masih belajar di Gerakan BERantas BUta aksaRA (Geberbura) di Taman Baca Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor. Ibu-ibu yang tidak mau tergilas zaman. Katanya era maju era digital, semetara ia tetap tidak bisa baca dan tidak bisa tulis. Mungkin di pelosok sana di negeri nusantara ini, masih banyak ibu-ibu yang tetap buta huruf hingga saat ini. Karena mereka yang bisa dan mampu, tetap belum mau mengajari mereka.

Saya sebagai guru buta aksara. Bu Euis dan teman-temannya pun. Tetap tetap menjadi "ruang kuliah" yang penuh ilmu. Kaum bawahan yang tetap mampu melecut saya untuk mau berbuat kepada mereka yang membutuhkan. Bukan materi, tapi keberanian untuk mengajarkan mereka yang masih buta huruf.

Biar bagaimana pun, Bu Euis adalah suara ibu di kejauhan yang ingin berteriak, "Tolong ajari saya...". Suara yang memanggil dengan batin. Untuk berbuat dan membebaskan mereka dari belenggu buta huruf.

Bu Euis, memang hanya bagian kisah nyata dalam kehidupan. Tentang kaum ibu yang masih dilanda buta huruf. Di era yang katanya penuh kecangghan teknologi, era modern yang kian menguatkan ego dan nafsu dunia.

Dari Bu Euis pula saya belajar.

Siapapun orangnya. Bila mau mengerjakan kebaikan sekalipun tanpa bayaran. Maka suatu saat, Allah akan "membayar" berkali-kali lipat dari apa yang ia kerjakan. Seperti seorang buta huruf yang masih mau berjuang untuk bisa membaca dan menulis. Penuh ikhlas dan kesungguhan, karena ia tahu itu baik.

Maka hindari prasangka buruk pada orang yang ikhtiar baik ...

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun