Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menilik Potret Pendidikan Indonesia, Esensi atau Seremoni?

2 Mei 2020   11:20 Diperbarui: 2 Mei 2020   12:03 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata kuncinya ada di pembenahan. Agar menyentuh esensi, bukan lagi seremoni. Bila mau dievaluasi. Bisa jadi, pendidikan hari ini tengah mengalami dis-orientasi. Karena orientasi besarnya malah jadi "tahu sedikit tentang banyak hal, tetapi tidak tahu banyak tentang satu hal." Maka, ada yang perlu diubah dan harus dibenahi dalam pendidikan Indonesia.

Salah satu caranya adalah membenahi kualitas guru. Utamanya, guru-guru yang mengajar dengan pola "top-down". Agar siswa tidak lagi dianggap sebagai "gelas", sementara guru sebagai "teko".  Hingga siswa kian sulit belajar untuk mengeksplorasi potensi dirinya. Bisa jadi guru lupa. Bahwa pendidikan bukan hanya soal kecerdasan. 

Tapi soal mentalitas dan keteladanan. Belajar bukan hanya pengetahuan. Tapi juga soal pengalaman. Agar kita terbebas dari perdebatan. Guru menyalahkan kurikulum. Lalu kurikulum menyalahkan guru. Cara berpikir itu tidak ada habis-habisnya. Pendidikan intinya sederhana. Guru harus kompeten dan siswa bergairah dalam belajar. Agar pendidikan jadi menarik dan menyenangkan.

Secara ekstrem, saya menyebut "mutu pendidikan itu akan tetap jadi omong kosong". Bila guru masih mengajar dengan cara-cara lama. Menafsirkan kurikulum hanya untuk "membunuh" kreativitas siswa. Hanya berbasis kunci jawaban, tanpa bisa menuntun siswa tahu pelajaran yang digemarinya. Atau siswa bisa mengenal potensi dirinya. 

Kurikulum memang penting. Tapi guru jauh lebih penting. Agar pendidikan bisa mencapai esensinya bukan sebatas seremoni. Bahkan menteri sehebat apapun tidak terlalu penting untuk mutu pendidikan. Karena faktanya, memang sudah terlalu banyak diskusi dan seminar tentang teori-teori untuk memajukan pendidikan. 

Tapi sayangnya, kita terlalu sedikit bertindak untuk membenahi kompetensi  dan mentalitas guru. Buat saya, kompetensi guru adalah jawaban terhadap esensi pendidikan di Indonesia. Karena bila kompetensi guru rendah, maka kualitasnya pun lemah.

Menilik potret pendidikan Indonesia. Maka guru harus berbenah agar pendidikan tidak terperangah. Esensi bukan seremoni apalagi hanya sensasi... SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL #HarDikNas

Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun