Bahwa "mudik" disepakati sebagai pulang kampung yang sifatnya sementara dan akan kembali lagi, sedangkan "pulang kampung" disepakati sebagai pulang ke kampung halaman dan tidak akan kembali lagi.
Maka secara pragmatik, kata "mudik" dan kata "pulang kampung" DAPAT dimaknai BERBEDA. Karena esensinya, "mudik" atau "pulang kampung" dalam konteks wabah virus corona Covid-19 dapat menjadi sarana penyebaran virus corona lebih masif, lebih berbahaya. Kata "mudik" dan "pulang kampung" dimunculkan sebagai penjelas terhadap perbuatan pergi ke kampung halaman yang berbeda; berbeda dari sifatnya yang "sementara" dan yang "selamanya".
Bila bahasa itu suatu pilihan, maka apa yang harus diributkan tentang kata "mudik" dan "pulang kampung"? Menurut saya, bila saya pilih kata "mudik" dan pulang kampung" berdasarkan pemaknaan formal mengacu pada KBBI Daring maka makna kedua kata itu SAMA. Tapi bila saya pilih kata "mudik" dan "pulang kampung" berdasarkan konteks dan maksud tuturan berbahasa maka makna kedua kata itu boleh-boleh saja saya BEDAKAN. Apa yang salah?
Misal tuturannya begini:
1. Saya mudik ke Makasar. Sebagai penutur, saya bermaksud menyatakan hanya 2 atau 3 hari saja mudiknya, bersifat sementara.
2. Saya pulang kampung ke Makasar. Sebagai penutur, saya bermaksud menyatakan tidak tahu kapan saya kembali lagi ke Jakarta atau berapa lama saya berada di Makasar?
Patut diketahui bersama. Suatu kata dalam Bahasa Indonesia dapat memiliki banyak makna jika diterapkan dalam konteks kalimat yang berbeda.
Makna suatu kata pun biasanya lebih dari satu. Karena makna, bisa menyempit bisa meluas atau bisa bergeser. Hakikatnya, suatu kata dapat memiliki makna yang berbeda jika konteks kalimatnya pun berubah.
Jadi, bila kita menyatakan kata "mudik" dan "pulang kampung" maknanya sama. Silakan kedua kata itu digunakan secara manasuka (arbitret) dan universial. Namun, bila kita menyatakan kata "mudik" dan "pulang kampung" maknanya beda. Silakan kedua kata itu dijelaskan perbedaannya karena sifatnya yang bervariasi dan dinamis.
Apa yang diributkan tentang kata "mudik" dan "pulang kampung" itu merupakan bagian dari sifat bahasa yang unik. Dalam berbahasa, siapapun boleh memilih kata secara "etimogis-semantik" atau "pragmatik". Karena bahasa Anda tentu berbeda dengan bahasa saya, dan sebaliknya.
Kata atau kalimat dalam Bahasa Indonesia, sejatinya, tidak bisa dipisahkan dari tindak tutur si penuturnya. Karena itulah yang menjelaskan bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Setiap ujaran siapapun, pasti ada tujuannya, ada maknanya, ada siapanya dan kepada siapanya, di mana, kapan, kenapa, mengapa, dan bagaimana. Bahkan setiap tuturan bahasa, pasti ada konteks, ada situasi, ada peristiwa, dan ada tindakan.