Bahwa orang kalah itu bukan berarti salah. Orang tidak sepaham itu bukan berarti benci. Tidak akrab itu bukan musuh. Lagi pula, urusan surge atau neraka itu atas kehendak Allah SWT. Bukan karena pikiran atau sangkaan manusia. Entah, kenapa sulit mengakui?
PENGAKUAN itu penting.
Seperti adanya Hari Buku Sedunia, 23 April ini. Â Hari yang ditetapkan untuk mengakui bahwa membaca itu penting. Budaya literasi harusnya jadi bagian hidup setiap anak manusia. Pentingnya buku-buku yang bukan hanya dipajang atau ditumpuk. Tapi dibaca dan diterapkan ilmunya.
Sebuah pengakuan terhadap tradisi baca dan budaya literasi. Agar jangan ada lagi hoaks, jangan ada ujaran kebencian. Dan jangan ada hujatan tanpa ada perbuatan baik. Bak tubuh tanpa jiwa, itu persis Seperti ruangan tanpa buku; hidup tanpa baca.
Sebuah pengakuan. Untuk introspeksi diri, muhasabah diri.
Bahwa kita tidak lebih baik dari orang lain yang disangkakan. Bahwa tidak sama itu bukan berarti tidak boleh beda. Bahwa hidup itu atas apa yang kita perbuat bukan atas yang kita omongkan. Untuk apa berbanyak-banyak dalam keburukan. Lebih baik sendiri dalam kebaikan. Itulah sebuah pengakuan.
Di bulan puasa tahun ini, saat wabah virus corona Covid-19 merebak.
Harus diakui, banyak hal yang harus terus diperbaiki. Sebagai diri, sebagai lingkungan maupun sebagai bangsa. Untuk berpikir lebih positif dan berbuat baik. Bukan berpikiri negatif dan tidak ada yang diperbuat. Ubah niat baik jadi aksi nyata. Walau hanya membaca buku #DiRumahAja.
Sebuah pengakuan, itulah catatan penting Hari Buku Sedunia.
Untuk tetap membangun tradisi baca dan budaya literasi. Untuk selalu membersihkan hati, meningkatkan iman. Karena tidak ada iman yang baik tanpa hati yang bersih. Bahwa baik dan buruk manusia itu bukan dilihat dari penampilan atau omongan. Tetapi dilihat dari hatinya.