Sementara "orang-orang bawah", tukang nasi uduk, tukang gorengan dan rujak, dan pasar-pasar di kampung biasa-biasa saja. Diimbau jaga jarak dan hindari keramaian kata "orang atas". Tapi "orang bawah" tetap ramai dan tidak ada jarak. Virus corona, memang hebat sehebat-hebatnya.
Saking hebatnya. Virus corona kalau dijadikan soal ujian pun sudah cukup untuk satu mata pelajaran atau satu mata kuliah. Karena istilahnya banyak, dan perlu dihafalin biar gak salah biar gak ketuker.Â
Ada istilah ODP, PDP, lockdown, social distancing, suspect, positif, isolasi, karantina, work from home, imported case, local transmission, pandemik. Belum lagi istilah: hand sanitizer, disinfektan, dan APD. Istilah-istilah yang cukup untuk ujian akhir atau mid-test. Tapi sayang, jawabannya mau salah 1 atau salah 5 sama saja. Intinya, salah semua alias serba salah.
Jadi buat saya, virus corona itu menggemaskan. Virus yang bikin gemas. Karena saat "gemas" bercampur baur semua perasaan; ada benci, dongkol, geregetan, gondok, jengkel, kesal, mangkel, sebal, geram, gusar, dan marah. Tapi tetap bikin kangen.
Virus apakah yang bikin gemas? Jawabnya virus corona.
Semua orang sibuk, banyak orang takut bahkan panik. Ehh ternyata, virus corona sedang dilanda jatuh cinta. Pergi entah kemana yang dia suka. Maklum lagi di mabuk asmara, dia sedang mencari kekasihnya. Sementara orang lain menganggap aneh dan menakutkan. Cinta itu kadang aneh, masih saja bisa tertawa saat hati merasa sakit.
Di dunia ini ada orang yang gak bisa dinasehatin? Yaitu orangyang sedang jatuh cinta, persis seperti virus corona.... #BudayaLiterasi #LawanVirusCorona
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI