Apa simpulan sementara tentang virus corona?
Hingga kemarin 11 Maret 2020, sudah ada 27 orang suspek virus corona di Indonesia. Semuanya sedang diisolasi atau diobservasi. Dan keadaannya membaik bahkan belum ada yang meninggal dunia. Dari berbagai penjelasan, setidaknya ada 2 simpulan sementara terkait mereka yang positif corona, yaitu 1) ada unsur "luar negeri alias asing, baik dari orang luar negeri atau pulang dari luar negeri dan 2) ada kontak dengan "orang yang positif" corona walau sulit untuk dideteksi. Kira-kira begitu. Maka, siapapun harus tetap waspada bukan panic apalagi takut.
Kemarin pula, Kemenkes RI merilis, tidak kurang 100 orang meninggal dunia akibat penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) sepanjang 2020 ini. Dari 14.716 kasus DBS secara nasional. Lagi-lagi, siapapun harus waspada. Karena penyakit bisa datang kapan saja dan di mana saja.
Kenapa semua itu bisa terjadi?
Bisa jadi, karena manusia hari ini sudah "gagal" mengendalikan nafsu dan ego. Berbagai makanan ekstrem apalagi unik, semuanya mau disantap dimakan. Kelelawar dimakan, nyamuk dibikin peyek, tikus dimakan, ular disantap, jangkrik digoreng. Belalang dilahap. Bahkan ada pula manusia yang makan serigala, buaya, burung merak, unta, musang dan lain lagi. Hewan-hewan itu, bisa jadi sebelumnya adalah "tempat nyaman' bermukimnya para virus. Nah sekarang, virus-virus itu kian terancam. Karena "rumahnya" pun disantap manusia. Jadi kemana lagi virus itu bermukim? Virus-virus yang kehilangan tempat tinggalnya.
Manusia memang butuh makan. Tapi bukan berarti sebebas-bebasnya. Makan bukan asal perut kenyang. Bukan asal enak buat diri sendiri enak, sementara orang lain menderita tidak punya makanan. Makanan pun ada yang baik dan tidak, ada yang halal dan haram. Berapa banyak manusia hari ini. Hanya mampu mempertontonkan sikap serakah; mengumbar nafsu makan semata. Terlalu bebas dan terlalu sombong. Hingga makanan ekstrem pun disantap.Â
Alhasil virus corona kini merebak. Mungkin ke depan ada lagi virus-virus lainnya yang sedang antre untuk mewabah. Akibat apa? Akibat kebebasan dan kesombongan manusia yang berlebihan. Segala rupa dimakan, segala yang aneh dimakan.
Virus corona itu hanya potret tentang betapa manusia makin ke sini, makin maju katanya. Tapi malah tidak ada yang ditakuti lagi. Sehingga mengganggap dirinya paling hebat dan paling berkuasa di alam semesta. Bukankah alam pasti bertindak adil. Ketika manusia sudah tidak lagi menghargai kehidupan mahkluk lainnya, maka malapetaka pun di ambang mata.
Virus, racun, atau bakteri pun butuh "tempat tinggal" yang nyaman. Bila kita tidak mau diganggu mereka, maka kita pun jangan ganggu mereka. Itu prinsip dalam kehidupan.
Maka simpulan sementaranya. Selalu ada hikmah di balik tiap peristiwa. Dan semua yang terjadi adalah kehendak-Nya. Tidak perlu sombong apalagi abai terhadap makhluk lainnya. Kadang, halal saja tidak cukup tapi juga thayyib. Bukan hanya boleh tapi harus baik.Â
Bila tidak mau melindungi makhluk lainnya. Maka cukup tidak perlu mengganggu mereka. Karena, "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Agar mereka kembali ke jalan yang benar." (QS. 30:41). Wallahu a'lam bishshawaab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H