Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Buta Aksara, Murid 2 Guru 4 Apa Masalah?

1 Maret 2020   15:08 Diperbarui: 1 Maret 2020   15:10 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon katanya, pendidikan formal dirundung masalah karena kualitas guru atau ruang belajar yang tidak memadai. Sekalipun dananya sudah disiapkan pemerintah, mungkin masih belum cukup. Pendidikan makin direpotkan oleh kekerasan di sekolah masih marak, perundungan siswa sering terjadi, tawuran pelajar bahkan korupsi pun merasuki sekolah. Apa hendak dikata semua itu dianggap masalah?

Berbeda dengan pendidikan non formal. Seperti yang ada di Kaki Gunung Salak, pendidikan "tidak berijazah" terbukti gak ada masalah. Seperti di GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) Lentera Pustaka siang ini, muridnya cuma 2 gurunya 4 pun gak ada masalah.

 Murid sedikit alasannya hujan deras banget, jadi pada gak datang. Sementara gurunya, para relawan mahasiswa BEM Faperta IPB sudah datang jauh-jauh dari kampusnya. Itulah pendidikan di sini, berkat niat baik dan ketulusan, gak jadi masalah. Murid sedikit, guru lebih banyak tetap jalan.

GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) merupakan gerakan pemberantasan buta aksara yang digagas oleh Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak. 

Sebagai upaya untuk membebasakan kaum ibu-ibu di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor dari buta aksara, tidak bias baca tidak bias tulis. Saat ini ada sekitar 10 ibu-ibu yang menjadi warga belajar. 

Namun karena sifatnya non formal, maka segala kondisi dan siatuasi bias terjadi. Termasuk warga belajar yang sedikit. Maklum, ibu-ibu di GEBERBURA bias ikut belajar bila sudah kelar 1) urusan rumahnya, 2) usrusan anaknya, dan 3) mendapat izin suaminya.

Diksusi dan perdebatan pendidikan memang gampang dilakukan. Oleh banyak orang pintar sekalipun. Tapi satu hal, apapun bentuk pendidikan, semuanya harus dimulai dan berakhir dari hati. Bukan dari uang apalagi gengsi ... Salam Geberbura #GEBERBURA #TBMLenteraPustaka #BudayaLiterasi

Geberbura, pemberantasan buta aksara di Kaki Gunung Salak Bogor
Geberbura, pemberantasan buta aksara di Kaki Gunung Salak Bogor

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun