Adalah fakta hoaks masih marak di Indonesia. Sebut saja hoaks belakangan  ini: isu virus corona bisa menular lewat makanan. Ada broadcast percobaan penculikan anak di Blitar. Batuk keras dapat atasi serangan jantung. Ada pasien virus corona di RS Adam Malik Medan. Virus corona masuk Bandara Soetta. Om-om culik anak kecil di Manado. Tilang elektronik di Margonda Depok. Obat tradisional sembuhkan kanker. Buku Iqro prediksi virus corona.Adanya uji coba 4 hari kerja bagi ASN di tahun 2020. Ternyata, semua berita itu hoaks alias berita bohong.
Hoaks bukan saja menyesatkan. Tapi bisa jadi "bandul" pemicu perpecahan bangsa. Karena itu, penyebaran hoaks atau berita bohong harus dicegah. Apalagi di tahun 2020 ini, jelang pilkada serentak di 270 daerah di 9 propinsi. Suka tidak suka, hoaks akan dimanfaatkan untuk kepentingan politik maupun ekonomi pihak tertentu. Agar tercipta kebingungan di masyarakat. Atau mencederai persatuan bangsa.
Beredarnya hoaks atau berita bohong, bahkan fitnah sepertinya telah menjadi konsumsi masyarakat sehari-hari. Informasi atau berita bohong dianggap benar. Hoaks beredar luas di media sosial, baik tweeter, facebook, instagram, maupun grup whatsapp. Maka penting memerangi hoaks. Masyarakat harus terus waspada terhadap hoaks. Apalagi bila tidak memiliki pengetahuan dan sumber yang cukup. Siapapun harus bisa membedakan informasi atau berita yang diperolehnya benar atau salah?
Menanggapi maraknya hoaks belakangan ini. Kepolisian RI pun memberi perhatian khusus. Karena hoaks dapat merobek-robek Bhineka Tunggal Ika yang menjadi pilar bangsa Indonesia. Kebersatuan dalam keberagaman.
"Hoaks atau disinformasi itu memberi efek buruk bagi kita, sesuai pengalaman yang ada. Bila ada suatu berita, telitilah kebenarannya. Masyarakat perlu cek dan ricek. Kita semua harus mawas diri. Karena Bhineka Tunggal Ika harus kita jaga," ujar Komjen Pol. Gatot Eddy Pramono Wakapolri usai mengunjungi Masjid Jami' Istiqomah di Jakarta Barat, Jumat ini (28/02/2020).
Maka hoaks di manapun, termasuk di media sosial, sangat wajib diperangi. Karena hoaks bukan hanya membuat kontraproduktif bagi bangsa Indonesia. Bahkan hoaks, menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap suatu fakta. Dan ujungnya, dampak utamanya adalah mengganggu stabilitas nasional dan memicu perpecahan di masyarakat.
Siapapun tanpa terkecuali, harus berani memerangi hoaks. Selain mengecek kebenaran berita, hoaks pada dasarnya dapat dicegah dengan beberapa cara, seperti: 1) berhati-hati dengan judul provokatif, 2) cek alamat situs atau sumber berita, 3) periksa fakta dengan mengecek berita yang sama di media lainnya, 4) cermati keaslian foto, dan yang terpenting 5) pastikan berita tidak bertentangan dengan akal sehat dan norma yang berlaku.
Untuk memerangi hoaks, masyarakat harus proaktif, jangan pasif. Karena maraknya penyebaran hoaks akibat ketidakpedulian masyarakat, di samping kurang sikap kritis dalam mengecek kebenaran informasi. Â Apalagi pesan-pesan yang masuk dan bertebaran di media sosial jangan diterima begitu saja. Sekali lagi, harus cek dan ricek agar terhindar hoaks.
"Ada Bhineka Tunggal Ika yang harus dijaga. Maka Polri akan terus perkuat pemantapan kamtibmas. Mari bersama-sama kita segera putus rantai hoaks dan disinformasi itu," sambung Wakapolri.
Polri pun harus terus memonitor media sosial. Agar hoaks tidak bertebaran. Stop maraknya hoaks. Karena hoaks hakikatnya informasi yang menyesatkan. Biasanya dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan tertentu. Dan akhirnya, ketidakbenaran seolah-olah ditampilkan sebagai suatu kebenaran. Masyarakat dan media sosial harus cegah hoaks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H