Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dosen dan Kampus di Indonesia "Terjajah" Scopus

22 Februari 2020   09:00 Diperbarui: 22 Februari 2020   09:01 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dosen dan kampus, harusnya menjadikan tradisi akademis sebagai prioritas daripada scopus yang telah menjajahnya. Dan lebih dari itu, ada persoalan besar yang lebih penting di perguruan tinggi daripada mengejar scopus. Bila kita tidak mau menjajah, kenapa kita bersedia dijajah?

Maka belum lama ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim pun menyepakati usulan melepaskan diri dari ketergantungan jurnal ilmiah yang harus terindeks internasional, seperti scopus. Sebagai realisasi dari prinsip "merdeka belajar".  

Nadiem bertekad kuat untuk membebaskan para dosen di Indonesia dari penjajahan Scopus. Agar ada kesadaran dan ruang terbuka untuk "membesarkan" jurnal ilmiah di Indonesia sendiri. Tapi bila yang internasional mampu, tentu juga tidak masalah. (https://www.liputan6.com/news/read/4184120/nadiem-sepakat-merdeka-dalam-jurnal-ilmiah)

Scopus memang bisa dilihat secara pro-kontra. Bila perlu diperdebatkan. Tapi semuanya, terpulang kepada dosen dan kalangan kampus untuk menyikapinya. Idealnya, perguruan tinggi sebagai basis tradisi akademis pun tidak boleh terjajah oleh scopus. Proses belajar yang tidak terdistorsi oleh administrasi intelektual, ketimbang kesadaran intelektual itu sendiri. Dosen dan kampus hari ini, memang harus bergeser dari cara-carai tekstual (qauliyah) kea rah yang lebih kontekstual (kauniyah).

Karena siapapun, belajar hakikatnya adalah untuk memperbaiki diri ... #TGS #BudayaLiterasi #Scopus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun