Banyak orang ingin menang tapi sikapnya kalah. Inginnya maju tapi sikapnya mundur. Â Ingin bangsanya makmur tapi sikapnya menderita. Inginnya tidak jadi "korban" tapi sikapnya seperti "korban". Bahkan banyak orang ingin hidupnya nyaman tapi sikapnya rusuh. Jadi, apapun terletak pada sikap. Karena sikap lebih penting daripada fakta.
Dunia dilanda wabah virus corona. Omnibus Law sebentar lagi pun diundangkan. Lucinta Luna dipenjara. Bahkan, kondisi ekonomi nasional pun kurang menggembirakan. Itu semua fakta. Tinggal cara menyikapinya mau seperti apa?
Apapun yang sudah terjadi pasti sulit diubah. Apapun yang sudah dipilih pun tidak bisa diganti begitu saja. Semua ada aturannya. Karena itu semua fakta, sesuatu yang terjadi secara nyata. Maka suka tidak suka, siapapun harus menerima. Dan selanjutnya bersikap untuk menjadikannya lebih baik.
Siapapun mengakui, sikap itu lebih penting daripada fakta. Tapi sayangnya, tidak sedikit orang yang justru bersikap apriori, bikin rusuh, hingga menimbulkan prasangka buruk. Dalam setiap perilaku. Maka keadaan, tidak menjadi lebih baik. Malah lebih spekulatif.
Sikap itu bukan hal sepele.
Karena sikap adalah cermin kemauan untuk berhadapan dengan realitas. Dan sikap, adalah perilaku yang didasari pada pendirian dan keyakinan positif. Sungguh, tidak ada keadaan buruk yang disikapi dengan buruk menjadi baik. Hanya sikap baik yang bisa mengubah keadaan buruk menjadi lebih baik. Sederhana sekali.
Jadi, hanya soal cara menyikapi. Hanya soal sikap.
Dari dulu, nenek moyang selalu bilang. Bahwa Indonesia itu negara yang kaya. Manusianya banyak, daratan dan lautannya luas. Sumber daya alamnya melimpah. Dan tanahnya pun subur. Gemah ripah loh jinawi, katanya. Tapi sebaliknya, Singapura atau Korea itu cuma negara yang secara geografis kecil. Bahkan sumber daya alamnya pun miskin. Tapi kenapa mereka bisa lebih maju dari Indonesia? Sungguh, yang membedakan hanya soal sikap. Pendiriannya beda, keyakinannya beda.
Hanya soal sikap saja. Mau menerima atau menolak keadaan.Â
Sikap yang negatif, terlalu berlebihan. Semua kejadian disikapi dengan keluhan, bahkan kebencian. Sikap yang mencari kesalahan orang lain, menyalahkan keadaan. Sehingga mentalitasnya seperti "korban". Jadi begini, dianggap atas perbuatan orang lain. Â Sebuah sikap yang salah.
Sikapnya lemah, perilakunya pun penuh amarah. Jadi tidak berkah, terlalu banyak ulah.